FILSAFAT BISNIS (ADBI4449)

 


DAFTAR ISI

TINJAUAN MATA KULIAH
MODUL   1 : KONSEP DASAR FILSAFAT BISNIS
MODUL   2 : MANUSIA DAN BISNIS
MODUL   3 : TUJUAN DAN MODAL DASAR DALAM BISNIS
MODUL   4 : PASAR DALAM FILSAFAT BISNIS
MODUL   5 : KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS
MODUL   6 : BISNIS SEBAGAI PROFESI ETIS
MODUL   7 : SPIRITUALITAS DALAM BISNIS
MODUL   8 : KEADILAN DALAM BISNIS
MODUL   9 : BISNIS UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

MODUL 1 :
KONSEP DASAR FILSAFAT BISNIS

Menjelaskan tentang konsep dasar filsafat bisnis yang menekankan pada adanya suatu pemahaman yang mendasar akan arti dan makna kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya .....................

KEGIATAN BELAJAR 1 :
DEFINISI DAN CARA BERPIKIR FILSAFATIS

Apa yang anda maknai dari gambar sebuah foto patung kodok yang sedang merenung atau jauh dari itu? Itulah yang dimaksud dengan filsafat secara sederhana merenung. Merenung dalam arti mencoba......


KEGIATAN BELAJAR 2 :
BISNIS DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN EKSISTENSI MANUSIA

Bisnis telah hadir seiring dengan keberadaan manusia di muka bumi ini, dan berkembang seiring dengan berbagai perkembangan zaman. Dalam artian bisnis adalah suatu kegiatan merespons setiap kebutuhan manusia seiring dengan berbagai tren yang berkembang dalam perubahan zaman, serta keinginan manusia untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupannya ke arah hidup yang lebih baik lagi.

Pada awalnya, bisnis muncul dalam bentuk yang sangat sederhana yakni dalam bentuk barter atau pertukaran barang dengan barang. Barang yang dipertukarkan pun tidak jauh dari barang-barang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer manusia. Setelah mengenal sistem kehidupan yang lebih kompleks lagi, bisnis pun berkembang. Orang-orang tidak hanya melakukan bisnis dengan orang yang dalam satu daerah saja, tetapi hingga ke tempat-tempat yang jauh dari tempat asalnya.

Kolonialisme dan imperialisme yang pernah dialami kebanyakan bangsa di benua Asia dan Afrika, pada awalnya dipicu oleh semangat berusaha (baca:bisnis) bangsa-bangsa Eropa dalam upaya mencari kehidupan yang lebih baik dari tanah-tanah yang jauh, bahkan tidak pernah mereka ketahui sebelumnya. 
Mereka melakukan pelayaran demi pelayaran dengan semangat "gold, gospel, glory". Adalah kebahagiaan yang sangat nyata ketika mereka melakukan ekspedisi dan kembali dengan membawa barang-barang yang tidak mereka temui ditempat asalnya. Gelar kebangsawanan sering disematkan oleh keluarga istana kepada saudagar-saudagar yang berhasil dalam ekspedisinya. Tentu saja, hal tersebut merupakan penghargaan yang sangat berharga bagi diri dan kehormatan keluarga. Untuk itu, mereka terus berlomba-lomba melakukan berbagai ekspedisi demi ekspedisi.

Indonesia memiliki pengalaman yang kelam pada masa kolonialiiisme. Negara yang dulunya terdiri dari berbagai kerajaan yang tersebar di seluruh Nusantara ini, berada di bawah jajahan Belanda selama kurang lebih  350 tahun. Bukan waktu yang singkat bagi sebuah bangsa untuk mengeruk keuntungan finansial dengan menguasai kehidupan bangsa lain. Uniknya penjajahan yang dilakukan Belanda atas Indonesia diawali oleh ekspedisi sebuah perkongsian dagang, bukan penjajahan langsung pemerintah Belanda.

Perkongsian dagang ini bernama VOC (Vereenigde Oosyindische Compagnie) yang berdiri sejak 20 Maret 1602. Ia merupakan salah satu kongsi dagang di Eropa yang bersaing dengan berbagai kongsi  dagang Eropa lainnya seperti dari Perancis, Inggris, Portugal dan Spanyol dalam mencari bahan mentah di tanah-tanah Asia.
Dengan meyakini prinsip merkantilisme, dimana sinergitas antara para saudagar dan pemerintah sangat diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, kongsi-kongsi dagang seperti VOC diberikan hak istimewa oleh pemerintah Belanda untuk mengelolah Hindia Belanda yang ditetapkan sebagai koloni mereka. Status koloni ini penting agar kongsi-kongsi dagang lain tidak ikut mengeksploitasi daerah yang sudah mereka klaim.

Hal yang penting dicatat dalam sejarah peradaban manusia ini adalah begitu pentingnya sebuah kongsi dagang sebagai suatu instotusi bisnis dalam menentukan kesejahteraan suatu negeri. Kalaupun institusi bisnis ini harus melakukan eksplorasi dan eksploitasi terhadap negeri dan bangsa lain, itu semua hanyalah sebuah upaya untuk mencari kehidupan yang lebih baik lagi bagi bangsanya. Meski tentu saja, penjajahan atas suatu negeri jangan sampai terulang lagi dalam sejarah peradaban manusia.

Dengan berakhirnya, zaman kolonialisme dan imperialisme, bisnis pun mengalami perubahan. Terlebih dengan berlangsungnya globalisasi, bisnis mengalami perubahan yang mencengangkan. Mulai dari orang-orang yang terlibat, bidang-bidang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis, sserta sarana dan prasarana bisnis.
Jika dahulu, barang -barang yang diperdagangkan hanya mencakup barang-barang kebutuhan primer saja, kini orang memperjualbelikan barang-barang yang sifat hobi, seperti jepit rambut untuk koleksi atau dipakai, mobil-mobilan antik, sepeda-sepeda unik, atau kartu-kartu yang lucu-lucu untuk berbagai kebutuhan memperingati hari-hari spesial.

Sistem bisnis yang tadinya dijalankan dengan sangat sederhana, kini banyak pembisnis harus memutar otak mengembangkan berbagai strategi yang mampu membuat bisnisnya bertahan dalam persaingan, atau bahkan memenangkan persaingan.
Posisi pimpinan perusahaan (CEO) menjadi penting dalam sebuah perusahaan karena maju mundurnya perusahaan terletak ditangan mereka. Bisnis yang sifatnya tradisional, kini menjadi sangat global. Melintasi batas ruang dan waktu serta melampaui hambatan-hambatan geografis.

Bisnis yang digeluti seseorang berbanding terus dengan pengalaman orang itu sendiri. Mulai dari upayanya merintis bisnis hingga menghadapi berbagai dinamika yang ia temui dalam perjalanan bisnisnya. Tidak sedikit orang yang meneruskan bisnis keluarga. Namun, usahanya dalam mengelola bisnis keluarga beriringan dengan  kematangan mentalnya dalam bisnis keluarga yang ia tangani. Artinya, tidak ada yang instan dalam bisnis. Setiap pembisnis harus merintis sendiri jalan bisnis yang menjadi pilihan hidupnya. Kadang ada keberhasilan, kadang menemui kegagalan. Ketika sedang berhasil, tidak lantas menjadi terlena sehingga ia menghambur-hamburkan uang hasil bisnisnya begitu saja. Ketika bisnis sedang terpuruk, tidak lantas menyerah dan putus asa begitu saja. Ketika bisnis sedang terpuruk, tidak lantas menyerah dan putus asa begitu saja. Kesabaran dalam menjalani bisnis sangat penting dalam bertahan hidup.