BISNIS INTERNASIONAL (ADBI4432) - ADB

 


DAFTAR ISI

TINJAUAN MATA KULIAH
MODUL 1  : KARAKTERISTIK BISNIS INTERNASIONAL
MODUL 2  : TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL
MODUL 3  : KEKUATAN-KEKUATAN LINGKUNGAN LUAR NEGERI
MODUL 4 : PERBEDAAN SISTEM POLITIK, EKONOMI, HUKUM, DAN BUDAYA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
MODUL 5  : SISTEM BISNIS INTERNASIONAL
MODUL 6 : DINAMIKA ORGANISASI INTERNASIONAL
MODUL 7 : MEMAHAMI SISTEM MONETER INTERNASIONAL
MODUL 8 : PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM BISNIS INTERNASIONAL
MODUL 9 : STRATEGI PENGELOLAAN BISNIS INTERNASIONAL


TINJAUAN MATA KULIAH 

Mata Kuliah Bisnis Internasional adalah suatu studi yang mempelajari aktivitas berupa transaksi bisnis di antara lebih dua negara yang melibatkan semua aspek yang berkaitan dengan aktivitas bisnis itu sendiri dalam konteks global.
Aspek-aspek tersebut mencakup antara lain Karakteristik Bisnis Internasional; Teori ekonomi Bisnis Internasional; Kekuatan dan perbedaan ekonomi, politik, hukum, dan budaya dalam bisnis internasional; Sistem Bisnis Internasional; Dinamika Organisasi Internasional; Memahami Sistem Moneter Internasional; Perdagangan dan Investasi dalam Bisnis Internasional; serta strategi Pengelolaan Bisnis Internasional; 


MODUL 1   : KARAKTERISTIK BISNIS INTERNASIONAL

Era Globalisasi saat ini sangat jelas menunjukkan hubungan atau keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia. Salah satu sebab globalisasi adalah kecendrungan segala sesuatunya berpengaruh terhadap perekonomian dunia.
Globalisasi perekonomian meruakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, yaitu negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kegaiatan pasar yang semakin terintegritas tanpa rintangan batas teritorial negara.
Berbicara Globalisasi tidak terlepas dari ekonomi Internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai karakteristik yamg sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Ekonomi Internasional mencakup masalah ekonomi antarnegara satu dengan negara lainnya. Hubungan ekonomi yang dimaksud disini paling tidak mencakup tiga bentuk yang berbeda satu sama lain meskipun yang satu saling berkaitan dengan yang lain. 
Hubungan ekonomi tersebut dapat berupa pertukaran hasil atau output, pertukaran sarana produksi atau faktor produksi, dan hubungan utang piutang.

Pengertian hasil atau output meliputi output barang dan output jasa. Output, baik yang berupa barang maupun jasa, dari suatu negara ditukar dengan output negara lain. Hubungan tukar menukar ini disebut dengan hubungan perdagangan.

Bentuk hubungan ekonomi yang kedua adalah pertukaran sarana produksi atau faktor produksi. Yang dimaksud sarana produksi misalnya adalah modal, tenaga kerja, dan teknologi.

Bentuk hubungan ekonomi yang ketiga adalah hubungan hutang piutang. Suatu negara dapat memiliki hutang atau piutang dengan negara lain. Hubungan utang piutang ini timbul biasanya disebabkan oleh adanya hubungan perdagangan dan hubungan pertukaran sarana produksi. Sebagai contoh, Timor Leste mengimpor kapal dari Indonesia dan dibayar dengan cara kredit. Hubungan dagang yang timbul adalah impor kapal oleh Timor Leste telah mengakibatkan Timor Leste memiliki hutang pada pengusaha kapal di Indonesia.



KEGIATAN BELAJAR 1 : 
KONSEP DASAR BISNIS INTERNASIONAL

A. PENGERTIAN BISNIS INTERNASIONAL

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat membawa dampak pada kemajuan bidang komunikasi, transformasi dan informasi. Seiring dengan kondisi tersebut, jumlah penduduk dunia terus bertambah, sedangkan sumber-sumber alam atau faktor-faktor produksi cenderung terbatas. 
Setiap negara memiliki keterbatasan dan kelebihannya sehingga mendorong aktivitas bisnis yang ada pada suatu negara untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Bisnis domestik yang selama ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan nsional mulai ditinggalkan untuk beranjak kebisnis yang bersekala Internasional atau dengan kata lain perusahaan mulai terlibat dalam bisnis internasional.

Pengertian mengenai bisnis internasional telah dikemukakan oleh banyak ahli sebagai berikut :

1. Rugman dan Hodggets (1995)

International business is the study of transactions taking place across national borders for the purpose of satisfying the needs of individuals and organizations.

2. Griffin dan Pustay (1996)

International business is any business transaction between parties from more than one country is part of international business

3. Ball dan Wendell (2004) (alih bahasa Syahrizal Noor)
Bisnis Internasional merupakan bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Definis ini tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negeri, tetapi juga industri saja yang berkembang di bidang-bidang, seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar, dan komunikasi massa.

Dengan demikian, bisnis internasional dapat diartikan sebagai aktivitas yang berupa transaksi bisnsi di anatar lebih dua negara yang melibatkan pihak-pihak individu perorangan, individu perusahaan, kelompok perusahaan, atau agen-agen internasional dan juga diartikan sebagai studi yang mempelajari aktivitas tersebut.

Bagaimana bisnis internasional dibedakan dengan bisnis domestik? Sehubungan dengan dua istilah tersebut, Griffin dan Pustay mengemukakan hal berikut :

Simply put, domestic business involves transaction occuring within the boundaries. More substantively, International business can differ from domestic business for a number of reasons, including the followinf :
1.    the countries involved may use different  countries, forcing at least one party to convert;
2.    the legal system of tehe countries may differ, forcing one or more parties to adjust their behavior  to comply with local law; ocassionally, the mandats of the legal system may be incompatible;
3.    the cultures of the countries may differ, forcing each party to adjust its behavior meet the expections of the other; 
4.    the availabillty of resources differ by country; one country may be rich in natural resources but poor in skilled labor.

Dengan demikian, secara sederhana bisnis domestik adalah bisnis yang melibatkan transaksi di dalam suatu kesatuan. Secara lebih perinci perbedaan  antara bisnis internasional dan bisnis domestik terletak pada masalah mata uang, sistem hukum, serta budaya dan ketersediaan sumber daya yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Bisnis Internasional merupakan praktik bisnis yang melibatkan seluruh pertimbangan tersebut karena melibatkan beberapa negara. Sementara itu, bisnis domestik merupakan aktivitas bisnis yang terjadi pada suatu negara tempat penggunaan mata uang, budaya, sistem hukum, dan sumber-sumbernya relatif sama.

Dalam kaitannya dengan pengertian bisnis internasional, terdapat istilah-istilah yang kadang-kadang dihubungkan atau dipersepsikan sama dengan bisnis internasional, padahal esensinya berbeda. Istilah-istilah yang dimaksud sebagai berikut :

1. Bisnis domestik; adalah aktivitas bisnis yang secara nyata ditujukan pada aktivitas bisnis dalam negeri. Suatu perusahaan yang berkecimpung dalam pemasaran domestik mungkin melakukan hal ini secara sadar sebagai strategi yang dipilih atau mungkin secara tidak sadar memfokuskan pada pasar domestik dengan maksud menghindari tantangan belajar cara memasarkan ke luar negeri.
2. Bisnis Internasional; bertindak lebih jauh lagi dari bisnis domestik dan bukan sekadar pemasaran ekspor, tetapi lebih jauh terlibat dalam lingkungan pemasaran dalam negara tempat perusahaan tadi melakukan bisnis.
3. Bisnis Multinasional; dalam bisnis multinasional, organisasi pemasaran internasional dimulai dengan memfokuskan pada pemanfaatan pengalaman dan produk perusahaan.. Perusahaan menyadari perbedaan dan keunikan lingkungan dalam negara, menentukan peranan baru untuk hal itu sendiri, serta melakukan adaptasi pemasaran perusahaan pada kebutuhan dan keinginan yang unik dari pelanggan negara itu.
4. Bisnis global/transnasional; yaitu bisnis yang memfokuskan pada pemanfaatan aset, pengalaman, serta produk perusahaan secara global dan melakukan penyesuaian pada apa yang benar-benarunik berbeda dalam setiap negara.


B. SEJARAH BISNIS INTERNASIONAL

Bisnis internasional sebagai sebuah disiplin adalah relatif baru, tetapi bisnis internasional sebagai praktik bisnis merupakan sebuah peristiwa yang telah berlangsung lama. Bahkan, sebelum Maschi, pedagang-pedagang Venesia dan Yunani mengirim wakil-wakil ke luar negeri untuk menjual barang-barang mereka. Tahun 1600, British East India Company-sebuah perusahaan dagang yang baru dibentuk mendirikan cabang-cabang luar negeri di Asia. Pada saat yang sama, sejumlah perusahaan Belanda yang dibentuk tahun 1590 membuka rute-rute perjalanan ke timur untuk membentuk Dute East India Company dan juga membuka kantor-kantor cabang di Asia. Para pedagang kolonial Amerika mulai beroperasi dengan model yang sama pada tahun 1700-an. 

 

Contoh investasi langsung luar negeri Amerika yang pada awalnya adalah perkebunan-perkebunan Inggris yang dibentuk oleh Colt Fire Arms and Ford (karet vulkanisasi) yang didirikan sebelum perang saudara. Namun, kedua operasi itu gagal hanya setelah beberapa tahun kemudian. 

 

Perusahaan Amerika pertama yang berhasil memasuki produksi luar negeri adalah pabrik yang didirikan di Skotlandia oleh Singer Sewing Machine pada tahun 1868. Pada tahun 1880, Singer telah menjadi organisasi dunia dengan penjualan luar biasa dan beberapa pabrik pemanufakturan di luar negeri. Perusahaan-perusahaan lainnya segera menyusul dan pada tahun 1914 paling sedikit 37 perusahaan Amerika memiliki fasilitas produksi di dua atau tiga lokasi di luar negeri. 

 

Di antara perusahaan-perusahaan yang telah didirikan di luar negeri itu, salah satunya adalah National Cash Register and Burroughs dengan pabrik manufaktur di Eropa; Parke-Davis dengan pabrik di dekat London tahun 1920; dan Ford Motor Company yang memiliki pabrik perakitan atau outlet distribusi di 14 negara. General Motor and Chrysler segera menyusul sehingga pada tahun 1920-an, ketiga perusahaan itu memiliki operasi-operasi di luar negeri yang besar ukurannya. Menariknya dan cukup berlawanan dengan situasi dewasa ini, pada tahun 1920-an semua mobil yang dijual di Jepang adalah buatan Amerika Serikat oleh Ford dan General Motor. Mereka mengirimnya ke Jepang dalam bentuk bongkar pasang (knocked-down) untuk dirakit di tempat. Investor lainnya yang mula-mula menanamkan modal di luar negeri adalah General Electric yang pada tahun 1919 memiliki pabrik-pabrik di Eropa, Amerika Latin, dan Asia. Perusahaan-perusahaan Amerika lainnya yang terkenal di Eropa pada waktu itu adalah Alcoa, American Tobaco, Armour, Coca-Cola, Eastman Kodak, Gillete, Quartker Oats, Westerm Electric, dan Westinghouse. 

 

Suatu hal yang menarik, perusahaan Amerika yang berpindah ke luar negeri menyebabkan kekhawatiran di antara orang-orang Amerika, sama seperti yang ditimbulkan oleh investasi Jepang di Amerika Serikat dewasa ini. Seorang penulis mengemukakan bahwa inflasi berlanjut terus tanpa henti-hentinya dan tanpa suara atau bayangan di dalam 500 industri sekaligus. Sejak dari sabun cukur hingga motor-motor listrik dan dari wanita sampai telepon, Amerika membabat habis bidang ini. 

 

Meskipun perusahaan-perusahaan Amerika sampai sedemikian jauh merupakan investor-investor asing terbesar, perusahaan-perusahaan Eropa juga bergerak di luar negeri. Friedrich Bayer tertarik untuk membeli sebuah pabrik di New York pada tahun 1865, dua tahun setelah mendirikan pabriknya di Jerman. Kemudian, karena pajak impor yang tinggi di pasar-pasar luar negerinya, in bergerak maju untuk mendirikan pabrik-pabrik di Rusia (1876) dan Prancis (1882). Bayer, yang sekarang merupakan salah satu di antara empat perusahaan kimia terbesar di dunia dengan penjualan $32 miliar pada tahun 1996, memiliki 350 perusahaan yang beroperasi di 140 negara. Setelah kehilangan hak untuk menggunakan nama Bayer di Amerika Utara sebagai bagian dari perbaikan Perang Dunia (PD) I Jerman, perusahaan itu memperoleh kembali haknya pada tahun 1995 dengan membeli divisi obat-obatan over-the-counter dari Kodak yang telah menjadi pabrik dan pemilik aspirin Bayer. 

 

Meskipun perusahaan internasional telah ada sebelum PD 1, hanya tahun- tahun terakhir inilah mereka menjadi objek dari banyak diskusi dan penyidikan, terutama berkenaan dengan globalisasi yang terus meningkat di dalam operasi mereka (Rusdin, 2002).



C. PENTINGNYA MEMPELAJARI BISNIS INTERNASIONAL 

 

Mari kita kembali pada bisnis internasional, implikasi dari aktivitas sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dan memunculkan kepentingan untuk mempelajari bisnis internasional. Griffin dan Pustay (1996) mengemukakan beberapa hal yang melatarbelakangi pentingnya mempelajari bisnis internasional sebagai berikut. 

 

There are many different reasons why students today need to learn more about International business. First, almost any large organization you work for will have international operation or be affected by the global economy. You need to understand this increasingly important area In order to better assess career opportunities and to Interact effectively with other manager. Second, you made eventually work for a firm that is owned by a corporation headquarters in another country. Third, keep pace with your future competitors. Fourth, To stay abreast of the latest business technique and tools. Firth, to obtain cultural literacy. 

 

Berdasarkan konsep di atas, perlunya pemahaman tentang bisnis internasional dilakukan agar pelaku bisnis dapat mencari dan merumuskan kebutuhan pelanggan global secara lebih baik sehingga dapat berkompetisi, baik di lingkungan domestik maupun internasional, serta mengoordinasikan berbagai aktivitas pemasaran dalam menghadapi kendala lingkungan global. Secara perinci, esensi bisnis internasional mencakup aspek-aspek seperti terlihat pada Tabel 1.2. 

 

Dalam bisnis internasional, terdapat beberapa aktivitas pokok yang menjadi ciri penting yang terjadi dalam bisnis internasional di berbagai negara berikut.

1. Visible trade (merchandise export and import): perdagangan barang-barang berwujud. 

2. Invisible trade (service export and import): perdagangan dalam jasa; bank; travel; dan akunting. 

 

Secara perinci, alasan-alasan yang melatarbelakangi pentingnya memahami bisnis internasional sebagai berikut (Rusdin, 2002).

1. Banyak organisasi besar (mungkin tempat kita belajar/bekerja) telah melakukan operasi di tingkat internasional dan dipengaruhi oleh ekonomi global. Kita perlu meningkatkan pemahaman akan hal ini guna mengembangkan peluang karier dan melakukan interaksi yang efektif dengan manajer. 

2. Usaha kecil dan menengah (UKM) sudah lebih terlibat dalam bisnis internasioal. Dewasa ini tidak hanya MNCs yang terlibat dalam aktivitas bisnis internasional, UKM memiliki peluang yang cukup besar untuk menjalankan aktivitas bisnis internasional. 

3. Mungkin kita bekerja untuk perusahaan yang kantor pusatnya di negara lain. Pada era globalisasi seperti saat ini, operasi perusahaan berpeluang untuk menyebar di seluruh negara dan bahkan dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia. Implikasinya, setiap perusahaan pada hakikatnya harus siap bersaing internasional atau siap menjadi bagian dari aktivitas bisnis internasional tersebut

4. Mengenal teknik dan alat-alat bisnis terkini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang bisnis cenderung cukup pesat sehingga perubahan dapat secara terjadi setiap saat. Dalam kaitan tersebut, kita senantiasa perlu mengetahui perkembangan teknik dan alat-alat bisnis terkini.

5. Mengenal budaya dalam interaksi bisnis. Interaksi bisnis pada dasarnya adalah interaksi antarmanusia sehingga aspek budaya, politik, dan sosial tidak akan terlepas dari masalah bisnis. Bisnis internasional dalam perkembangannya memerlukan informasi mengenai budaya, politik, dan aspek sosial lainnya yang dapat memengaruhi aktivitas bisnis. 


 

D. TUJUAN DAN MANFAAT BISNIS INTERNASIONAL 

 

Bagi banyak perusahaan, keterlibatannya dalam bisnis internasional lebih banyak dilatarbelakangi oleh motifnya untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Seiring dengan kondisi tersebut, terlihat semakin banyak industri multinasional yang muncul dan berkiprah dalam industry, baik di tingkat regional maupun internasional Sebagai contoh, di Amerika Serikat, bangkitnya perusahaan multinasional yang muncul dari perusahaan lokal regional di Amerika Serikat pada tahun 1880-an dan 1890- an terjadi secara bersamaan dengan bangkitnya perusahaan nasional. Lebih dari itu, kecenderungan yang terjadi adalah perusahaan yang akan tetap bertahan dan menjadi unggul di abad mendatang adalah perusahaan global. Perusahaan yang tidak mampu bersaing di pasar global, apabila beruntung, akan diakuisisi oleh perusahaan yang lebih dinamis. Jika tidak berubah, perusahaan-perusahaan tersebut akan hilang begitu saja. 

 

Saat ini telah terjadi perubahan yang begitu cepat dalam dunia ekonomi. Tidak akan pernah ada sebuah negara yang hanya memprioritaskan ekonomi nasionalnya sendiri, tanpa dipengaruhi oleh perdagangan dan investasi luar negeri. Kenyataan ini menunjukkan adanya pengaruh globalisasi yang tidak pernah mengenal batas. Globalisasi telah menjadi sebuah fenomena menuju sistem ekonomi global yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini. Timbulnya kekuatan yang mendorong ekonomi global diawali dengan adanya perkembangan dan fenomena bisnis besar ataupun kecil. Kekuatan ini menciptakan peluang setiap usaha untuk memperluas pasarnya, menekan biaya, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan usahanya seiring dengan pendapatan yang meningkat dalam pasar global. 

 

Dasar keberhasilan program pemasaran global adalah proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi pada kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Sebagai contoh, para manajer yang sekarang secara rutin memutuskan bagaimana memperluas pasar yang terbaik ke pasar luar negeri. Haruskah mereka mengekspor ke pasar dari tempat usahanya berasal? Haruskah mereka menginvestasikan fasilitas produktif di dalam pasar? Apakah mereka akan memproduksi sesuatu secara lokal yang kemudian menjual secara lokal pula? Apakah mereka akan memproduksi di negara ketiga karena harga yang diproduksi lebih rendah dari usaha dalam negeri mereka? Pada akhirnya, manajer memutuskan dengan cara apa dan bagaimana menyesuaikan produk yang mereka tawarkan, kebijaksanaan pasar, keberadaan sumber daya manusia, serta strategi bisnis yang dapat menghubungkan dan menyatukan perbedaan budaya setiap negara, bahasa, praktik bisnis, dan peraturan pemerintah. Manajer juga bisa memutuskan perjanjian terbaik untuk mencari pesaing luar negeri yang lebih efisien untuk masuk ke dalam negerinya (Rusdin, 2002). 



 

E. KEKUATAN-KEKUATAN YANG MENDASARI BISNIS INTERNASIONAL (BI) 

 

Globalisasi pasar menjadi cepat terwujud disebabkan beberapa faktor berikut (Rusdin, 2002): 

1 diterapkannya secara meluas sistem dan kebijakan perdagangan bebas;

2. perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi dan informasi;

3. terjadinya perubahan peta kekuatan politik dunia akibat hancurnya sosialis komunis, khususnya di negara Eropa Timur dan eks-Soviet, yang mengakibatkan unggulnya sistem kapitalis. 

 

Kekuatan yang mendasari bisnis internasional (BI) berorientasi pada management oriented. Orientasi adalah asumsi atau keyakinan yang sering kali tidak disadari mengenai sifat dunia ini. Dalam hal ini, ada tiga orientasi yang menjadi pedoman dalam BI, yaitu etnosentris, polisentris, dan geosentris, yang kemudian diperluas menjadi regionsentris. 

 

Etnosentris adalah suatu asumsi atau keyakinan negeri asal sendirilah yang lebih unggul. Seseorang dengan orientasi ini melihat persamaan dalam pasar dan percaya bahwa produk dan kebiasaan yang sukses di negeri sendiri yang unggul. Karena itu, harus dipakai di mana-mana. Dalam perusahaan etnosentris, operasi di luar negeri dianggap kurang penting dibandingkan domestik, terutama dilakukan untuk melempar kelebihan produksi domestik. Rencana untuk pasar luar negeri dikembangkan di kantor dalam negeri menggunakan kebijakan dan prosedur yang identik dengan yang dipakai di dalam negeri. Tidak ada riset pemasaran sistematis yang dilakukan di luar negeri, tidak ada modifikasi produk yang cukup mendasar, dan tidak ada perhatian yang sungguh- sungguh pada kebutuhan pelanggan di pasar luar negeri. 

 

Polisentris merupakan kebalikan dari etnosentris, yaitu keyakinan yang didasari bahwa setiap negara unik dan berbeda-beda. Cara untuh meraih sukses di setiap negara adalah harus dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan unik dari setiap negara. Dalam tahap polisentris, anak perusahaan didirikan di pasar luar negeri. Setiap anak perusahaan beroperasi secara independen dan menetapkan tujuan dan rencana pemasaran sendiri. Pemasaran diorganisasikan dengan dasar negara per negara dengan setiap negara memuanyai kebijakan pemasaran unik sendiri. 

 

Pada geosentris dan regiosentris, perusahaan memandang wilayah regional dan seluruh dunia sebagai suatu pasar dan mencoba mengembangkan strategi pemasaran terpadu secara regional atau dunia. Inilah yang disebut pandangan dunia persamaan dan perbedaan dalam pasar dan negara serta mencoba menciptakan strategi yang global yang benar-benar respontif pada kebutuhan dan keinginan lokal. Regiosentris melihat merupakan orientasi geosentris yang terbatas pada suatu wilayah regional. Itu artinya manajemen harus memunyai pandangan dunia ke arah wilayah regional, tetapi akan memandang sisa dunia dengan orientasi etnosentris atau polisentris atau kombinasi keduanya. Perusahaan etnosentris melakukan sentralisasi dalam manajemen pemasarannya, perusahaan polisentris melakukan desentralisasi, sedangkan perusahaan geosentris dan regionsentris mengintegrasikan.





Kegiatan Belajar  2 

KONSEP GLOBALISASI


A. PENGERTIAN GLOBALISASI
 
Sebagaimana yang telah! kita singgung sebelumnya, globalisasi merupakan proses memfokuskan sumber daya (manusia, uang, dan aset fisik) serta tujuan-tujuan dari suatu organisasi untuk memperoleh kesempatan dan menanggapi ancaman pasar global (Rusdin, 2002). Globalisasi telah mengubah cara dunia menjalankan bisnis. Meskipun masih dalam tahap awal, hal itu tidak dapat dihentikan. Tantangan yang dihadapi bisnis dan individu adalah belajar bagaimana hidup dengannya, mengelolanya, serta mengambil manfaat yang ditawarkannya. Dana Moneter Internasional (IMF) mendefinisikan globalisasi sebagai bertumbuhnya saling ketergantungan ekonomi negara-negara dunia melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi lintas batas dalam aliran barang, jasa, serta modal internasional dan juga melalui penyebaran teknologi yang lebih cepat dan mendunia. 
 
Pada era globalisasi saat ini, dunia melihat dorongan bisnis global menyerupai keadaan pada saat menjelang Perang Dunia 1. Namun, kekangan teknologi dan komunikasi sangat membatasi lingkup globalisasi saat itu. Setelah berakhirnya Perang Dunia II.. dimulai dengan kekuatan gemilang negara Barat yang mendukung kebijakan perdagangan dan investasi "bebas" di dunia, Sayangnya, gagasan ini tidak direspons dengan cepat. 
 
Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah perusahaan yang berurusan lintas batas telah menjamur, seperti halnya volume perdagangan internasional. The International Chamber of Commerce (CICC/Kamar Dagang Internasional) mengutip statistik yang menunjukkan perdagangan barang dan jasa internasional bernilai lebih dari US$6 miliar. Aliran modal global meledak. Foreign Direct Invesment (Investasi Langsung Asing), yang terlibat dalam kendali bisnis atau properti lintas batas negara, tertinggi dalam volume dolar AS. Akumulasi saham investasi langsung asing lebih dari US$735 miliar 10 tahun yang lalu. Penjualan dan pembelian saham dan ekuitas lintas batas oleh investor Amerika meningkat dari setara sembilan persen produk domestik bruto pada tahun 1980 menjadi 170 persen pada pertengahan tahun 1990-an. Perputaran valuta asing harian meningkat dari USSS miliar pada tahun 1973 menjadi US$1,5 triliun pada tahun 1995, Volume transaksi mata uang lintas batas di London, Tokyo, dan New York sendiri mencapai USSI.5 triliun per hari pada tahun 1997, lebih dari dua kali volume lima tahun sebelumnya (Sadono, 2003). 


1. Globalisasi Pasar 

Globalisasi pasar mengacu pada kenyataan bahwa beberapa industri pada dasamya saling terkait dan beberapa kekuatan dalam pasar nasional menyatu ke dalam pengaruh pasar global. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap produk global juga harus diterima oleh konsumen di negara yang dituju disesuaikan dengan karakteristik khusus dan perilaku pembelian di negara tersebut. Beberapa contoh perusahaan global dengan produk yang telah diterima oleh konsumen adalah Citicorp credit card, Coca-Cola, dan Levis's Jeans atau musik yang dinyanyikan oleh Madona atau Nirvana, MTV, Sony Walkmans, dan hamburger McDonald's yang telah menunjukkan adanya gejala produk global yang telah berhasil diterima oleh rata-rata konsumen dunia (Rusdin, 2002). 

 

Dalam globalisasi, perusahaan yang berbisnis dalam lingkup internasional pada akhirnya akan menjadi lebih efisien karena mereka mendapat keuntungan dari skala ekonomi yang besar. Produktivitas akan terdorong dan standar hidup di mana pun memiliki potensi untuk meningkat karena dunia bertambah kaya dan lebih makmur akibat globalisasi. 

 

Banyak bukti untuk mendukung argumentasi keuntungan ini. Menurut Program Pengembangan PBB (UNDP), total kekayaan global bertumbuh lebih cepat daripada populasi. UNDP memperkirakan bahwa dalam dekade 1990-an, sekitar 500 hingga 600 juta penduduk dunia berkembang telah mencapai tingkat pendapatan di atas garis kemiskinan. Kemudian, lebih dari 30 tahun berikut, dua miliar penduduk lagi akan menyusul. Sementara itu, antara tahun 1965 dan awal tahun 1990-an, jumlah pekerjaan industri manufaktur dan jasa, baik di dunia berkembang maupun dunia industri, meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,3 miliar. Segala hal membaik karena Cina, dengan populasi 1,2 miliar atau satu dari lima penduduk dunia membuka diri terhadap ekonomi pasar global. Runtuhnya blok Soviet dan liberalisasi ekonomi di India telah membawa tambahan 1,5 miliar penduduk ke pasar konsumen global (Sadono, 2003) 

 

2. Globalisasi Produksi

Globalisasi produksi mengacu pada kecenderungan di antara beberapa perusaha yang menyediakan barang dan jasa dari lokasi yang berbeda sekeliling pasar global untuk mendapatkan keuntungan dari perbedaan masing-masing negara, khususnya keuntungan biaya dan kualitas faktor produksi (tenaga kerja, tanah, dan modal). Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya biaya yang lebih rendah dan peningkat kualitas dan fungsi produk mereka yang dapat mendorong mereka untuk berkompetis secara efektif. Dalam hal ini, lihatlah bagaimana perusahaan penerbangan Boeing dengan jenis Boeing 777 terdiri atas 132.500 komponen penting yang diproduksi di 545 lokasi pembuat komponen tersebut dalam wilayah yang berbeda.


Demikian pula halnya dengan delapan perusahaan pemasok Jepang ya menyediakan suku cadang untuk pintu dan sayap, demikian pula pemasok dari Singap membuat pintu untuk membuka ban pada waktu pendaratan pesawat. Sebagian dari sak cadang Bocing diproduksi oleh supplier luar negeri dengan aktivitas dan prestasi y berbeda. Sebagai hasilnya, tercipta sebuah pemasok global untuk menyediakan produk akhir yang memberikan kesempatan kepada Boeing untuk memenangkan persaingan sehingga dapat menguasai pangsa pasar terbesar untuk pesawat terbang yang diikuti oleh pesaingnya, yaitu Airbus 

 
B. PEMICU GLOBALISASI 
 
Secara umum, ada dua faktor utama yang menjadi tren dan yang mengarahkan perekonomian pada globalisasi besar-besaran. Pertama adalah turunnya hambatan dalam arus masuk keluar produk serta jasa dan modal yang terjadi sejak berakhir Perang Dunia (PD) II. Kedua adalah perubahan teknologi, khususnya perkembangan dramatis yang terjadi tahun-tahun belakangan ini di bidang komunikasi, proses informasi, dan teknologi transportasi. 
 
1. Menurunnya Hambatan Perdagangan dan Investasi
Sejak kurun waktu tahun 1920-1930, beberapa negara telah memberanikan diri untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan internasional dan investasi luar negeri. Perdagangan internasional terjadi ketika perusahaan di suatu negara mengekspor barang dan jasa kepada perusahaan di negara lain. Investasi langsung ke luar negeri terjadi ketika perusahaan menginvestasikan sumber daya dalam aktivitas bisnis di luar negara asalnya. Beberapa hambatan dalam perdagangan internasional dapat dilihat dari tingginya tarif impor pada barang-barang pabrik. Tujuan utamanya adalah melindungi industri dalam negeri dari pesaing luar negeri.

Khusus mengenai hambatan impor, berdasarkan teori perdagangan internasional, ada dua jenis atau kelompok besar hambatan impor sebagai berikut. 
a. Hambatan tarif terdiri atas
1) tarif impor atau bea masuk; 
2) tarif ekspor. 
b. Hambatan nontarif dapat diperinci menjadi 
1) hambatan kuantitatif, yaitu kuota; 
2) hambatan administrasi; 
3) persyaratan kandungan lokal. 
 
Kemudian, negara-negara yang tergolong negara industri membuat kesepakatan untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lainnya dengan kesepakatan yang berbentuk persetujuan dalam General Agreement on Tarif and Trade (GATT) yang saat ini anggotanya mencapai lebih dari 120 negara. Perjanjian dalam GATT ini diratifikasi dalam Uruguay Round (perputaran Uruguay) pada tahun 1993 yang semakin memantapkan berkurangnya hambatan-hambatan tarif dan dijaminnya proteksi untuk hak paten, merek, dan hukum dagang. Uruguay Round ini menjadi cikal bakal lahimya World Trade Organization (WTO) yang mengatur sistem perdagangan internasional. Sebagai implikasinya, pada tahun 2000, rata-rata tarif telah turun jauh mendekati angka rata-rata 3,9% (Tabel 1.3). 


2. Peranan Perubahan Teknologi  

Teknologi adalah salah satu sebab alasan munculnya fenomena globalisasi. Komputer, yang telah mempermudah beban telekomunikasi, kini lebih murah dan lebih canggih daripada sebelumnya. Pada kenyataannya, biaya komputer turun rata-rata 17 persen setahun selama 20 tahun terakhir, bahkan dengan kekuatan prosesnya meningkat secara dramatis. Satu contoh mengenai dampaknya pada komunikasi global adalah satu menit panggilan telepon dari New York ke London sebesar $300 (dalam dolar AS tahun 1996) pada tahun 1930, kini biayanya hanya sekitar satu dolar AS. Teknologi baru akan menuju integrasi bisnis global yang lebih jauh lagi, seperti internet yang semakin diterima sebagai media bisnis di seluruh dunia. 

Teknologi telah membantu perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah untuk memanfaatkan pasar baru yang disajikan globalisasi. Perusahaan-perusahaan inilah, tanpa dihalangi oleh kantor pusat besar dan birokrasi, dapat mengeksploitasi ceruk pasar global. Komputer, facsimile, dan e-mail telah menggantikan bagian-bagian dari struktur kantor tradisional. Perusahaan yang lebih kecil dapat beroperasi lebih efisien dalam basis geografi yang lebih luas dengan sedikit biaya operasional (overhead cost). Satu-satunya hambatan adalah imajinasi sang wirausahawan (Sadono, 2003).  

Sejak berakhirnya PD II, terjadi kemajuan di bidang komunikasi yang demikian pesat terhadap proses informasi dan teknologi transportasi yang kemudian menjadi awal timbulnya internet dan world wide web (www). 


a. Microprocesors dan telekomunikasi  

Microprocesors saat ini telah memacu perkembangan teknologi komunikasi. Setelah lebih dari 30 tahun, komunikasi global telah tumbuh dengan pesatnya yang diiringi dengan perkembangan di bidang teknologi satelit, optical fiber, dan wireless technology serta sekarang internet dan www. 


b. Internet dan www. 

Internet merupakan sebuah jaringan dalam komputer yang dapat mengakses ke seluruh jaringan komputer lainnya di dunia tanpa mengenal batas waktu. Adanya ledakan besar-besaran di bidang informasi yang dikenal dengan information big bang telah membuat adanya dunia yang tanpa batas (borderless world). Setiap tahunnya para pengguna internet dan jaringan www semakin meningkat lebih dari 20% Pada era global internet, www. menjadi salah satu media utama yang dipakai perusahaan berskala global untuk memperkenalkan produknya di seluruh dunia, bahkan dimanfaatkan pula oleh perusahaan untuk melakukan kontak dan transaksi kepada konsumen dengan menggunakan credit card. Dalam hal ini, perusahaan global berupaya memperbaiki home page-nya pada internet agar dapat lebih menarik pengunjung atau konsumen 


c. Teknologi transportasi 

Pada lingkungan ekonomi, perkembangan transportasi menjadi salah satu peran terpenting khususnya dalam hubungan antar negara. Berkembangnya teknologi di bidang penerbangan dan perkapalan telah memudahkan diangkutnya berbagai container yang membawa produk dari negara asal ke negara tujuan. Sehingga dengan perkembangan teknologi transportasi ini telah membuat jarak antara negara di dunia ini menjadi lebih dekat dalam waktu yang lebih singkat (Rusdin, 2002). 

 

3. Perubahan Demografi Ekonomi Global 


a. Perubahan produksi dunia dan gambaran perdagangan dunia  

Pada awal tahun 1960, Amerika Serikat (AS) masih menjadi pemimpin dalam industri. Sebagai contoh, pada awal tahun 1963, AS tercatat telah menghasilkan 40,3% dari output industrinya yang tersebar luas di seluruh dunia. Pada tahun 1995, produksi yang dihasilkan oleh AS tercatat terjadi penurunan menjadi hanya 21,9%. Berikut ini disajikan infomasi mengenai perubahan produksi dunia hingga tahun 2013. 


Menurunnya hasil produk dari AS tersebut bukanlah secara mutlak disebabkan oleh kegagalan AS, tetapi disebabkan oleh meningkatnya jumlah persaingan, terutama persaingan dari Jepang, Jerman, dan sejumlah negara lain, seperti Korea Selatan dan Taiwan. Negara-negara tersebut menjadi ancaman serius bagi perusahaan AS. Pertumbuhan perdagangan internasional yang demikian cepat juga mendorong tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara ketiga (negara berkembang), seperti negara Republik Rakyat Cina (RRC). Thailand, dan Indonesia Negara-negara tersebut mengalami laju pertumbuhan ekspornya meningkat setiap tahun. Hal ini juga turut menentukan turunnya dominasi AS di pasar global 


Jika kita meramalkan 20 tahun ke depan, negara-negara berkembang saat ini akan menjadi negara-negara industri maju yang dapat berdiri sejajar dengan negara lain yang telah lebih dahulu mencapai kemakmuran. Bank Dunia juga telah meramalkan adanya indikasi di atas, yaitu negara-negara berkembang akan mencapai pertumbuhan ekonominya rata-rata 4,8 per tahun antara 1994 sampai 2003. Pada saat yang bersamaan, negara-negara industri maju mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2.3% per tahun. Di sisi lain, Bank Dunia juga memberikan dukungan sepenuhnya kepada negara- negara di Asia, seperti Cina dan Korea Selatan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, yaitu sebesar 7,6% per tahun antara tahun 1994-2003 dan wilayah Asia Selatan lain, termasuk India, juga mencapai pertumbuhan 5,3% per tahun. 


Jika tidak ada situasi yang terjadi di luar perkiraan, Bank Dunia meramalkan pada 25 tahun ke depan akan terjadi pergantian yang sangat dramatis di bidang ekonomi dunia dengan masuknya RRC yang pertumbuhan ekonominya dapat lebih besar 40% dari AS. Pendatang baru, seperti India, juga akan mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi lebih besar dari Jerman pada tahun 2020. Sementara itu, pada 2020 juga diramalkan bahwa negara berkembang yang ada sekarang dapat menguasai perdagangan ekonomi dunia sebesar 60%. Negara maju yang saat ini menguasai 55% aktivitas ekonomi dunia akan turun menjadi 38% pada tahun 2020 nanti. 

Bagi perdagangan internasional, perubahan geografis ekonomi menunjukkan bahwa lingkungan ekonomi ke depan memberi peluang kepada negara berkembang untuk dapat memainkan peranan lebih besar dengan memberikan keunggulan bersaing yang lebih unggul dibandingkan dengan negara maju yang ada sekarang (Rusdin, 2002). 

 

b. Gambaran perubahan investasi luar negeri langsung  

Sejak pengaruh AS dalam ekonomi global, beberapa perusahaan AS tercatat memunyai jaringan aliran investasi luar negerinya sebesar 66,3% pada tahun 1960. Kemudian, disusul oleh perusahaan Inggris sebesar 10,5%. Pada saat itu, Jepang hanya tercatat 2%. Banyak perusahaan di luar perusahaan AS mulai menginvestasikan modalnya melewati batasan negaranya sendiri dengan cara memperluas pangsa pasarnya dengan mencari lokasi yang optimal. 


Sebagai contoh, beberapa perusahaan Jepang dan Eropa pada tahun 1970-an dan 1980-an mulai mengganti tenaga kerja operasional pabrik dari tenaga kerja lokal menjadi tenaga kerja dari negara berkembang yang lebih murah biayanya. Beberapa perusahaan Jepang juga melakukan investasi di Amerika Utara dan Eropa untuk menghadapi pergerakan modal dan kemungkinan hambatan-hambatan perdagangan. Sebagai contoh, Toyota dalam waktu relatif singkat meningkatkan investasinya dengan menyediakan fasilitas untuk memproduksi di AS selama akhir 1980-an dan awal 1990- an. Investasi yang dimotori oleh Toyota yakin bahwa menguatnya nilai yen Jepang akan meningkatkan ekspor otomotif Jepang di pasar luar negeri.  


Kita dapat melihat sebuah peta yang menunjukkan perkembangan dari investasiluar negeri yang ditunjukkan dengan berbagai jenis investasi dari AS, Inggris, Jepang, Jerman, Prancis, dan Belanda yang terjadi antara tahun 1980 sampai tahun 1994. Pertumbuhan dari negara berkembang dan tingginya tingkat pertumbuhan ekonominya menyebabkan total saham dari perusahaan-perusahaan AS menurun menjadi sekitar 44% dan menurun lagi sekitar 25% pada tahun 1994. Di sisi lain, negara-negara berkembang, seperti Jepang, Prancis, dan Korea Selatan yang relatif lebih kecil bisa melampaui negara-negara maju, contohnya Korea Selatan (country focus, emergence of south Korean multinational). 


Terdapat tren yang meningkat keinginan perusahaan di negara-negara berkembang untuk berinvestasi secara langsung sehingga investasi langsung dari perusahaan negara berkembang lebih tinggi daripada negara-negara industri. Tahun 1990, bisa terlihat arus investasi yang meningkat bagi negara berkembang. Di antara negara-negara berkembang, RRC telah menerima total investasi yang terbesar dari Foreign Direct Investment (FDI) pada tahun terakhir. RRC mendapatkan 38 miliar dolar AS dari total sebesar 100 miliar dolar AS yang dialokasikan ke negara berkembang pada tahun 1995. Negara berkembang lain menerima aliran investasi langsung pada tahun 1995 seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand yang totalnya sebesar 14 miliar dolar AS. 


Aliran investasi langsung yang terjadi di negara berkembang tersebut memungkinkan berdirinya perusahaan-perusahaan asing (penanam modal asing/ PMA). Kehadiran PMA tersebut membuat negara-negara tuan rumah (home country) memberikan perlindungan bagi perusahaan asing atau investor asing tersebut. Berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah kepada investor asing atau perusahaan asing antara lain sebagai berikut (Rusdin, 2002). 

1) Izin pemakaian tenaga kerja asing untuk menduduki jabatan tertentu yang memang belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja domestik. Artinya, untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu yang misalnya membutuhkan tenaga ahli atau keterampilan tinggi, yaitu tenaga kerja WNI belum mampu mengisinya, perusahaan asing yang bersangkutan boleh mengangkat tenaga kerja asing. 

2) Kebebasan untuk mentransfer atas upah/gaji yang dibayarkan dalam bentuk valuta asing serta transfer atas ganti rugi yang diterima perusahaan dalam hal perusahaan tersebut didominasi pemerintah.

3) Izin pemakaian tanah untuk usahanya dengan hak pakai berupa hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. 

4) Keringanan di bidang perpajakan atau insentif perpajakan atau sering disebut istilah tax holiday. Namun, dalam perkembangannya, insentif perpajakan ini dapat dihapuskan dan diganti dengan insentif lainnya, seperti insentif berupa pembebasan atau keringanan terhadap bea masuk atas bahan-bahan baku yang diimpor. 

c. Perubahan multinational enterprise 

Multinational enterprise merupakan beberapa bisnis yang aktivitas produksinya dilakukan di dua negara atau lebih. Perubahan pertama adalah bangkitnya multinasional AS, khususnya perusahaan multinasional Jepang. Kedua adalah timbulnya minimultinasional. 

d. Multinasional enterprise non-Amerika Serikat 

Pada tahun 1960, kegiatan bisnis global telah didominasi oleh perusahaan multinasional AS yang besar. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1.4 di atas; pada tahun 1973, 48,5% dari 260 perusahaan multinasional yang terbesar adalah perusahaan AS. Kedua perusahaan Inggris, yaitu 18,8%, kemudian diikuti oleh Jepang sebesar 3,5% dalam kurun waktu yang sama. 

Tahun 1994 terjadi perubahan yang serius sehingga menurunkan posisi perusahaan AS yang tercatat sebesar 30,2% dari 500 perusahaan multinasional terbesar yang ada di dunia. Turunnya persentase dari AS ini ternyata membuat perusahaan multinasional Jepang meningkat dengan pesat sehingga melampaui Jerman dan Inggris. Di masa mendatang, kita berharap tumbuhnya perusahaan multinasional baru dari negara- negara berkembang, seperti Korea Selatan, Meksiko, Cina, Rusia, dan Brazil. Tabel 1.5 menggambarkan perusahaan multinasional terbesar tahun 1973 dan 1994. 

Pasar negara global berada dalam tahap perkembangan yang berbeda. Product national brutto (PNB) per kapita merupakan dasar segmentasi demografis yang berguna. Dengan dasar ini, kita telah membagi pasar global menjadi lima kategori (Ball dan Wendell, 2004). 

1) Negara berpenghasilan rendah (negara praindustri)

Negara berpenghasilan rendah juga dikenal sebagai "dunia ketiga" atau negara praindustri adalah negara-negara yang memiliki penghasilan kurang dari $400 per kapita pada tahun 1992. Karakteristiknya (Ball & Wendell, 2004) sebagai berikut:  

a) industrialisasi terbatas serta persentase antara penduduk dan pekerjaan tinggi dalam hidup minimal di bidang pertanian;  

b) tingkat kelahiran tinggi; 

c) tingkat buta huruf tinggi, 

d) amat bergantung pada bantuan luar negeri; e) politik tidak stabil dan banyak gejolak; 

f) terkonsentrasi di Afrika, sebelah selatan Sahara. 


2) Negara berpenghasilan menengah bawah (negara berkembang)

Negara berpenghasilan menengah bawah juga dikenal sebagai negara berkembang, yaitu negara-negara yang memunyai PNB antara S400 dan kurang S2000 per kapita pada tahun 1992. Negara ini berada dalam tahap awal industrialisasi. Berbagai pabrik dibangun untuk memasok pasar domestik yang tumbuh dengan barang-barang, seperti bahan sandang, baterai, ban, bahan bangunan, dan makanan dalam kemasan. 


3) Negara berpenghasilan menengah atas/negara industri baru

Negara-negara berpenghasilan menengah atas juga dikenal sebagai negara industri baru, yaitu negara-negara yang memunyai PNB antara $2000 dan $12.000 per kapita pada tahun 1992. Dalam negara ini, persentase populasi yang terlibat dalam pertanian menurun tajam karena penduduk pindah dari sektor pertanian ke sektor industri dan tingkat urbanisasi meningkat. Banyak negara dalam tahap ini melakukan industrialisasi cepat. Tingkat upah meningkat dan yang melek huruf makin banyak jumlahnya dengan pendidikan maju, tetapi tingkat upah mereka masih jauh lebih kecil daripada negara maju. 


4) Negara berpenghasilan tinggi

Yang dikenal dengan negara maju, industri, pasca industri, atau dunia pertama adalah negara-negara yang memunyai PNB di atas $12.000 per kapita. Dengan negara perkecualian, misalnya beberapa negara kaya minyak, negara dalam kategori ini mencapai tingkat penghasilan melalui proses pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan. 


5) Kasus keranjang (basket case)

Kasus keranjang adalah sebuah negara dengan masalah ekonomi, sosial, dan politik demikian serius sehingga negara itu tidak menarik untuk investasi dan operasi. Beberapa kasus keranjang adalah negara berpenghasilan rendah, tidak ada pertumbuhan, dan mengalami musibah yang bertubi-tubi. Contoh lain adalah negara yang pernah tumbuh dan sukses dipisahkan oleh pembagian politik yang menyebabkan perselisihan sipil, menurunnya pendapatan, dan sering kali bahaya yang cukup besar bagi penduduk apabila terjadi perang sipil 


Kecenderungan lain pada bisnis internasional adalah munculnya sejumlah perusahaan multinasional kecil dan menengah. Biasanya, ketika orang berpikir tentang bisnis internasional, pikiran mereka cenderung pada perusahaan Exon, General Motor, Ford, Fuji, Matsushita, Procter & Gamble, Sony, Unilever, dan sebagainya. Meskipun perusahaan di atas adalah perusahaan besar, ketika bicara mengenai bisnis internasional. perusahaan berskala kecil dan menengah juga harus dilibatkan. 


e. Perubahan politik dunia  

Antara tahun 1989-1991, telah terjadi perubahan sistem pemerintahan di beberapa negara besar, yaitu sistem komunis telah tergusur oleh sistem demokrasi Sebagai contoh negara Uni Soviet, saat ini telah digantikan oleh 15 partai republik yang independen. Kemudian Cekoslowakia juga telah terpecah menjadi dua negara. 


Beberapa bentuk negara kommunis di Eropa dan Asia tampaknya telah membuat sato komitmen untuk membangun sebuah demokrasi politik dan membangun sistem ekonomi pasar bebas Apabila hal ini terus berlanjut, kesempatan bagi bisnis internasional akan semakin cerah. Kita mengetahui bersama selama hampir 50 tahun lebih negara- negara komunis tersebut tertutup terhadap hubungan dengan dunia Barat. Kenyataan ini menyebabkan banyak rakyat negara itu yang hidup pada garis kemiskinan dan sistem komunis itu tidak pernah menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya. 


Pada akhirnya, sistem komunis tergusur dengan adanya revolusi rakyat yang terjadi di Cina dan Amerika Latin. Kenyataan ini mengakibatkan lumpuhnya perdagangan di daerah Eropa Timur. Cina tampaknya mulai agresif untuk mengubah sistem ekonominya terhadap perdagangan bebas yang diawali dengan desakan dari golongan pro demokrasi dalam peristiwa di Tiananmen pada tahun 1989. Apabila kenyataan tumbuhnya perekonomian Cina dan terbukanya Cina terhadap perdagangan bebas dunia, negara ini akan menjadi salah satu negara industri superpower dari negara ketiga saat ini dengan pertumbuhan yang lebih cepat dari Jepang. Cina yang mempunyai gross domestic product (GDP) per kapita sekitar 6% 7% saat ini diramalkan negara dengan penduduk sebanyak 1,5 miliar ini akan memunyai pendapatan sebesar S13.000 pada tahun 2020. Di lain pihak, antara tahun 1983 sampai dengan 1995, investasi luar negeri langsungnya setiap tahun meningkat dari S2 miliar menjadi S38 miliar. Pada akhirnya, Cina telah menciptakan peluang sekaligus ancaman bagi kelangsungan bisnis internasional karena dengan perusahaan pendatang baru dalam bisnis global telah membuktikan bahwa Cina sebagai pesaing yang harus diperhitungkan (Ball dan Wendell, 2004). 

 

4. Perdebatan Globalisasi 

Setelah Anda memahami konsep globalisasi dan perkembangannya, berikut ini kita akan melihat beberapa tema pertentangan yang terjadi di dalam globalisasi sebagai berikut. 


a Globalisasi, pekerjaan, dan pendapatan  

Beberapa pandangan yang sering muncul mengatakan bahwa globalisasi dapat menjauhkan dari menciptakan lapangan kerja dan memindahkan hambatan perdagangan internasional serta merusak kesejahteraan pekerja pabrik. Hal ini terjadi karena, dengan menghilangkan hambatan dalam perdagangan, perusahaan diizinkan untuk memindahkan aktivitas pabriknya ke negara-negara yang memunyai tingkat upah yang lebih rendah. 


Bartlett dan Steele, dua orang jurnalis untuk Philadelphia Inquirer, menentang adanya perdagangan bebas. Mereka mengambil contoh kasus pada Harwood Industries, sebuah pabrik baja AS yang menutup kegiatan operasinya di Honduras. Mereka membayar gaji pekerjanya hanya sebesar 48 cens per jam, jauh lebih rendah dibandingkan dengan gaji buruh rata-rata di AS, yaitu sebesar 59 per jam. Akibat berhentinya operasional pabrik tersebut, menurut Bartlett dan Steele, tingkat kemiskinan meningkat selama seperempat abad. 


Sementara itu, para pendukung perdagangan bebas menentang pendapat Bartlett dan Steele dengan mengatakan bahwa perdagangan bebas dapat menciptakan spesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa sehingga lebih efisien. Pada saat yang bersamaan pula, mereka dapat mengimpor barang dan jasa yang tidak dihasilkan negaranya dari negara lain secara efisien. Ketika negara tersebut memberanikan melakukan perdagangan bebas, negara tersebut selalu melakukan perpindahan lokasi. Dengan mengambil contoh kasus perusahaan tekstil Harword yang menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat daerah tersebut, akibat dipindahkan kegiatan pabriknya ke Honduras, ternyata hal itu dapat menyebabkan keuntungan yang menyeluruh bagi perekonomian negara. Dengan mengimpor tekstil dari Cina dengan harga yang lebih rendah untuk pakaian di AS, dimungkinkan konsumen AS membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan lain. Sementara itu, pada waktu yang sama, terjadi peningkatan pendapatan masyarakat secara umum di Cina yang didapatkan dari ekspor tekstilnya sehingga dapat meningkatkan tingkat pendapatan negara tersebut. 

 

Meningkatnya tingkat pendapatan Cina menyebabkan negara itu dapat membeli barang produk AS, seperti pesawat jet Boeing, Intel Computer, Microsoft software, dan handphone Motorola. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perdagangan bebas dapat mendatangkan keuntungan menyeluruh bagi setiap negara. Meningkatnya jumlah pengangguran yang disebabkan oleh adanya relokasi pabrik akibat perdagangan bebas dapat diatasi dengan investasi di bidang pengembangan sumber daya manusianya. Investasi ini dapat menciptakan tenaga kerja terampil untuk dapat diberdayakan secara lebih efektif dan efesien (Rusdin, 2002). 

 

Mereka yang kontra terhadap globalisasi mengambil sikap pandangan berlawanan dengan mengklaim bahwa globalisasi telah memicu "perlombaan segala sesuatu hingga dasarnya". Negara-negara dengan upah rendah menarik pekerjaan-pekerjaan dari negara dengan pembayaran upah lebih tinggi sehingga menyeret setiap orang turun ke tingkat mereka. Tuduhan "ekspor pekerjaan" muncul sebagai satu isu politik penting di banyak negara industri. Sebagai contoh, Nike-manufaktur sepatu olahraga berbasis di AS telah dimintai keterangan karena telah membayar orang-orang Vietnam 84 sen per jam untuk membuat sepatu olahraga seharga $100. Di Prancis, isu tersebut menjadi perdebatan hangat di beberapa kali pemilihan parlemen pada tahun 1990-an. Serikat pekerja mengklaim bahwa lebih dari 30 hingga 40 persen dari 3 juta penganggur di Prancis merupakan korban "ekspor pekerjaan" seperti ini. Dalam kenyataan, jumlahnya kurang dari 10 persen dan sebagian besar merupakan industri-industri subsidi pemerintah yang tidak efisien serta yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan kompetisi global.


Globalisasi menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada menghilangkannya. Namun, dalam sektor yang berbeda dan dalam wilayah geografi yang berbeda, terkadang dibutuhkan keterampilan, pendidikan, dan mobilitas yang lebih baik dapat dipekerjakan. Pekerjaan-pekerjaan yang hilang di Eropa dan Amerika Utara selama beberapa dekade umumnya adalah membutuhkan pekerja yang relatif tidak berpendidikan, Memang, diferensiasi upah antara yang terampil dan yang tidak terampil kemungkinan akan meningkat. Kedua sisi tersebut dapat menunjukkan banyak contoh untuk mendukung kasus mereka. Namun, pada akhirnya, keduanya barangkali sedikit melebih-lebihkan. Yang tidak dapat disalahkan adalah kue ekonomi dunia bertambah besar karena globalisasi dan kini terpotong secara berbeda dari sebelumnya (Sadono, 2003). memang agar 

 

b. Globalisasi dan kedaulatan nasional  

Salah satu kritik terhadap globalisasi adalah meningkatnya saling ketergantungan antarekonomi global, kekuatan ekonomi yang menggantikan dominasi pemerintah, serta memfokuskan ke arah organisasi perdagangan bebas (WTO) dan perkumpulan negara- negara Eropa. Ketika dunia ini menjadi satu pasar, hal itu berakibat pada semakin kuatnya interdependensi atau saling ketergantungan antara satu negara dan negara lain yang sama-sama memunyai kedaulatan nasional. Jadi, yang sesungguhnya terjadi bukanlah satu negara tergantung pada negara lainnya, melainkan suatu situasi dan kondisi ketika semuanya saling memerlukan mempertahankan keseimbangan politis serta ekonomis dan tentu pula dalam rangka pemenuhan kepentingan masing-masing negara.  


Interdependensi negara-negara ini pada gilirannya akan menggugat persoalantentang prinsip kedaulatan negara. Namun demikian, perjalanan bangsa-bangsa didunia menunjukkan bahwa keberadaan negara-negara yang berdaulat ternyata tidakdapat dipisahkan dari yang lain. Hal ini terjadi diakibatkan berlangsungnya hubungan-hubungan antarnegara yang sangat intens, bahkan termasuk juga hubungan internasionalyang pelaku-pelakunya adalah individu-individu atau perusahaan-perusahaan yang berwarga negara berbeda-beda. Lahirnya WTO yang dibentuk tahun 1994 yang merupakan kelanjutan dari GATT telah berupaya memperbaiki kondisi perekonomianpara negara anggotanya (Rusdin, 2002). 


Keseluruhan konsep globalisasi suatu perusahaan yang efektif memberikan paradoks: semakin global suatu perusahaan, semakin harus percaya pada sumber daya lokal, orang-orang, dan manajemen serta kemampuan pemasaran untuk mendistribusikan produk atau jasanya ke pasar baru. 


Kebangsaan suatu perusahaan menjadi kurang penting, British Airways merupakan salah satu dari perusahaan global yang besar dan yang memahami kecenderungan ini. Perusahaan penerbangan ini telah memindahkan bendera nasional Inggris dari seragam pesawat berubah menjadi menggunakan bentuk desain dan seni dari lintas dunia Bagian ekor dari jet British Airways kini dihiasi dengan ungkapan berbagai seni artis dari kaligrafi Cina hingga lukisan Bushman dari Gurun Kalahari. Mobil Toyota Camry dalam jumlah besar pernah menjadi simbol dominasi Jepang yang menakutkan di pasar mobil AS dan kini dibuat di AS. Hingga kini, produk Crown Victoria dari perusahaan Ford Motor sesungguhnya diimpor dari Kanada (Sadono, 2003). 


5. Mengelola Pasar Global  
Perusahaan yang akan terjun ke bisnis global tidak harus sebuah perusahaan multinasional, tetapi yang perlu dipahami adalah semua perusahaan dapat memasuki pasar global dengan memulai mengekspor dan mengimpor barang dan jasa yang dibutuhkan dari negara lain. Dalam dunia yang saling terkait sekarang ini, semua perusahaan, baik besar, menengah, maupun kecil, dapat menjadi bisnis internasional Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa para manajer yang memimpin setiap bisnis harus mengarahkan sumber daya bisnisnya di pasar global. Para manajer harus dapat memahami bahwa memimpin sebuah perusahaan yang memasuki pasar global berbeda dengan perusahaan yang hanya berada pada pasar domestik Perbedaan disebabkan adanya perbedaan setiap negara, seperti perbedaan budaya, sistem politik, sistem ekonomi, hukum, dan tingkat pertumbuhan ekonominya. 

Memasarkan produk di Brazil berbeda pendekatan pemasarannya dengan di Jerman. Mengatur tenaga kerja dari AS memerlukan keahlian yang berbeda dengan mengatur tenaga kerja dari Jepang. Membina hubungan tertutup dengan pejabat pemerintah sangat penting di Meksiko, tetapi tidak dapat diterapkan di Inggris. Demikian pula halnya dengan pendekatan strategi bisnis di Kanada, tidak dapat dilakukan di Korea Selatan. 
Menjadi seorang manajer di bisnis internasional tidak hanya harus peka terhadap perbedaan antarnegara, tetapi juga harus mampu mengadopsi beberapa kebijakan dan strategi yang dimiliki oleh perusahaan di negara lain. Kita bisa belajar dari Procter & Gamble di Jepang yang mampu mengadopsi beberapa strategi dan kebijakan di perusahaan Jepang. 
Manajer sebuah perusahaan global juga harus mampu berhadapan dengan isu-isu di setiap negara yang tentunya memerlukan pemecahan yang berbeda dengan negara asalnya. Manajer juga harus dapat menentukan di negara mana kegiatan produksi dan pemasarannya sehingga dapat meminimalkan biaya dan menghasilkan nilai tambah dinegara tujuan dan negara asal. 

Bisnis internasional harus berpedoman pada aturan yang diterapkan dan yang mengikuti standar perdagangan internasional. Para manajer diharapkan juga mampu melakukan negosiasi dengan pejabat pemerintah setempat dan menentukan batasan- batasan campur tangan pemerintah setempat dalam menjalankan bisnisnya 

Pada akhirnya, kita dapat memahami bahwa mengatur sebuah bisnis internasional akan sangat berbeda dengan mengatur pemasaran domestik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti (1) perbedaan antarnegara; (2) tingkatan permasalahan yang dihadapi; (3) batasan-batasan campur tangan pemerintah dalam sistem perdagangan internasional dan investasi; serta (4) tingkat kurs mata uang yang berbeda dalam setiap negara (Rusdin, 2002). 


MODUL 02
TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL

Kegiatan Belajar 1 

Pengantar Teori Ekonomi Bisnis Internasional 


A. MANFAAT MEMPELAJARI TEORI BISNIS INTERNASIONAL 


Para pelaku bisnis internasional sudah saatnya berupaya untuk dapat memahami teori bisnis internasional. Beberapa manfaat dapat diperoleh dengan mempelajari teori- teori tersebut bagi para pelaku bisnis internasional. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Rusdin, 2002). 

1. Jika para praktisi bisnis harus sering berhubungan dengan pejabat-pejabat pemerintah yang berlatar belakang pendidikan ilmu ekonomi, para pelaku bisnis harus siap memahami konsep ekonomi secara menyeluruh sehingga dapat berkomunikasi secara baik dengan para ekonom tersebut. 

2. Jika para pelaku bisnis mengajukan berbagai usulan proyek yang memerlukan persetujuan pemerintah, mereka harus mampu beragumentasi dan meyakinkan bahwa usulan tersebut layak, bermanfaat secara ekonomi, dan dinilai baik. Dengan kata lain, pelaku bisnis juga harus dapat melakukan feasibility study berdasarkan pendekatan ekonomi agar usulan tersebut dapat dipahami sehingga berpeluang untuk dapat disetujui. Para pemasar yang mengusulkan proyek-proyek besar pada perencana pemerintah harus waspada bahwa penentu kunci sekarang adalah efisiensi ekonomi daripada aspek finansial semata. 

3. Para pelaku bisnis harus dapat menjelaskan kepada masyarakat manfaat dan rasionalisasi bisnisnya secara ekonomi sehingga mereka dapat menjadi mitra dalam menyosialisasikan tren praktik teori ekonomi bisnis internasional, baik kepada masyarakat umum maupun kepada masyarakat akademis.  

4. Dapat memahami gejala-gejala ekonomi yang terjadi sehingga dapat melakukan antisipasi yang relevan. 


Beberapa manfaat di atas menjadi alasan mengapa para pelaku bisnis internasional perlu mempelajari secara menyeluruh, khususnya teori-teori yang melatarbelakangi munculnya bisnis internasional, pembangunan ekonomi, dan investasi langsung luar negeri (Rusdin, 2002). 


B. TEORI-TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL 


Dari berbagai literatur, dijelaskan bahwa ada beberapa teori bisnis internasional yang patut kita ketahui sebagai berikut. 


1. Merkantilisme 

Merkantilisme adalah falsafah ekonomi yang menganut konsep bahwa penting bagi sebuah negara untuk mengakumulasi persediaan logam-logam berharga demi mencapai kesejahteraan. Penganut falsafah merkantilisme menjelaskan bahwa logam- logam berharga dianggap sebagai satu-satunya sumber kesejahteraan Dalam hal ini, pemerintah membuat kebijakan ekonomi yang mempromosikan ekspor dan mengurangi impor serta mengakibatkan surplus perdagangan yang harus dengan dibayar emas dan perak. Larangan-larangan impor dilakukan dengan meningkatkan bea masuk agar impor menurun. Sementara itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan subsidi kepada pengekspor agar mereka termotivasi untuk meningkatkan ekspor. Tindakan-tindakan ini semata-mata dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan surplus perdagangan. 


Era kaum merkantilis berakhir pada tahun 1700-an, tetapi argumen-argumennya masih tetap hidup. Sebuah neraca perdagangan dinilai baik jika negara mengekspor lebih banyak barang dan jasa daripada yang diimpornya. Dalam akunting neraca pembayaran, ekspor yang membawa dolar ke dalam suatu negara disebut positif, tetapi impor yang menyebabkan dolar mengalir ke luar negara disebut negatif. 


Sebagai contoh, merkantilisme modern dewasa ini masih banyak dianut beberapa negara. Mereka umumnya berupaya meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Kebijakan Indonesia untuk memberikan subsidi ekspor kepada para pengekspor merupakan salah satu contoh realisasi dari paham merkantilisme. Adanya penetapan tarif bea masuk barang impor yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia juga merupakan realisasi dari paham merkantilisme. Selain itu, neraca perdagangan dikatakan positif (baik) jika nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impor. Konsep tersebut telah menjadi dasar dalam praktik perdagangan internasional hampir di seluruh belahan dunia sehingga disadari atau tidak merkantilisme masih menjadi paham perdagangan dunia. 


Jepang merupakan salah satu negara yang mempraktikkan paham merkantilisme dengan proteksi pasarnya yang begitu ketat. Hambatan-hambatan perdagangan yang diciptakan Jepang menjadikan Jepang suatu pasar yang sulit ditembus. Para pelaku bisnis dunia memperhatikan hambatan-hambatan Jepang terhadap impor mereka, yaitu akibat dari etnosentrisme, semangat swasembada, dan mentalitas pertahanan budaya yang kuat (Rusdin, 2002). 


Merkantilisme lahir pada abad ke-16 yang merupakan sebuah filosofi ekonomi yang mempertahankan pendapat bahwa kekayaan negara diukur dengan jumlah emas dan perak yang dimilikinya. Berdasarkan teori merkantilisme, tujuan dari suatu negara harus lebih memperbesar ekspor daripada mengandalkan simpanan emas dan peraknya. Untuk melakukan itu, suatu negara harus bekerja keras dalam memaksimumkan perbedaan antara ekspor dan impor dengan cara meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Logika ini secara transparan digunakan oleh para pemegang kebijakan yang ada pada abad ke-16, yaitu pemegang kebijakan mendefinisikannya dengan analogi bahwa apabila ada orang asing ingin membeli lebih banyak barang dari Anda dibandingkan dengan yang Anda beli dari mereka, orang asing tersebut harus membayar dengan selisih perbedaannya dengan emas dan perak. Ini berarti akan membuat Anda dapat mengumpulkan kekayaan lebih. Terminologi merkantilisme masih digunakan sampai sekarang. Sebagai contoh, komentator televisi dan surat kabar melaporkan suatu negara mengalami ketidakseimbangan perdagangan (balance of trade), yaitu jumlah ekspor lebih sedikit dibandingkan impor  

Pada saat merkantilisme mulai terlihat digunakan sebagai dasar dalam kebijakan ekonomi, misalnya kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan aturan dari suatu kerajaan, jumlah simpanan emas dan perak yang dimiliki kerajaan tersebut merupakan lambang kekuatan. Dengan simpanan tersebut, mereka mampu membiayai peningkatkan kualitas tentaranya sehingga mampu menjajah negara lain serta melakukan ekspansi untuk memperluas kekuasaannya. 

Secara politik, merkantilisme terkenal dengan banyaknya berbagai produksi pabrik manufaktur dan pekerjanya. Manufaktur yang berorientasi ekspor (export- oriented manufacturers) dan yang memihak pada pemangku kebijakan berpaham merkantilis produk ini mengeluarkan kebijakan, seperti memberikan subsidi atau potongan harga dan pengurangan pajak. Kebijakan tersebut dapat menstimulasi penjualan ke pihak asing. Perusahaan domestik menjadi terancam oleh impor dari perusahaan asing yang mendukung pemegang kebijakan perdagangan berpaham merkantilisme untuk mengeluarkan kebijakan, seperti mengenakan tarif atau kuota yang melindungi produk dari kompetisi dengan perusahaan asing. Seluruh elemen yang ada di dalam suatu negara yang berpaham merkantilis, seperti para pebisnis, pekerja, penyuplai, dan politikus lokal, mendukung setiap kebijakan yang dikeluarkan negara dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa segala fasilitas produksi dimiliki berkat kebijakan dari aturan merkantilis kerajaan. 

Walaupun demikian, terdapat sebagian besar dari anggota perkumpulan masyarakat yang kecewa terhadap beberapa kebijakan merkantilis. Subsidi pemerintah tentang ekspor pada beberapa perusahaan tertentu ternyata dibiayai oleh para pembayar pajak dalam negeri. Akibatnya, warga harus membayar pajak yang lebih tinggi. Pembatasan impor dari pemerintah diberlakukan dengan konsekuensi konsumen harus membayar harga lebih mahal terhadap produk domestik karena perusahaan domestik tidak mampu menghadapi persaingan harga dari luar negeri. Semasa era pemerintahan imperialisme, negara penjajah memberikan beban melalui kebijakan merkantilis kepada daerah jajahan atau koloni mereka. Sebagai contoh, di bawah perjanjian navigasi (navigation act). pada praktik navigasi tahun 1960, seluruh barang dari Eropa yang diimpor dari koloni negara jajahan AS harus dikirim melalui Great Britain. Inggris melarang perusahaan dari koloni mereka untuk mengekspor barang-barang tertentu yang dapat menyaingi produk-produk dari perusahaan Inggris, seperti topi, barang-barang dari bahan besi, dan pakaian dari wool. Untuk memastikan bahwa Inggris akan mendapatkan cukup pasokan barang dengan harga input yang rendah dari harga para pedagang Inggris, negara Inggris mengharuskan beberapa industri kolonial untuk menjual hasil produk mereka kepada perusahaan-perusahaan dari Inggris. Produk-produk tersebut di antaranya berupa beras, tembakau, dan yang berhubungan dengan hasil hutan, misalnya kayu untuk pembuatan kapal. Strategi merkantilis seperti ini pada akhirnya menimbulkan permasalahan, yaitu salah satu dari strategi merkantilis justru berdampak buruk terhadap Inggris sendiri sehingga menyebabkan kekalahan terhadap AS. 


Penganut paham primordialisme attitudes tidak terbatas pada AS saja. Negara Amerika Utara dan Eropa sejak lama sudah menyampaikan keluhan ketika Jepang membatasi akses barang-barang asing untuk dapat masuk ke pasarnya. Sebagai contoh. dibutuhkan waktu 40 tahun untuk bernegosiasi sebelum Jepang menyetujui pada tahun 1990-an untuk mengizinkan barang impor, seperti beras asing, yang hanya diizinkan kurang dari 10 persen dari pasar Jepang. Perusahaan Asia dan Amerika Utara turut pula mengkritik Eropa yang menghalangi impor barang, seperti daging sapi, mobil, dan perekam video kaset. Beberapa praktik paham merkantilisme seperti itu terkadang masih sering dibenarkan, bahkan hampir tiap negara telah mengadopsi beberapa kebijakan neomercantilist, yaitu kebijakan untuk melindungi industri kunci dalam ekonominya (Firman, 2006). 

 

2. Teori Keunggulan Absolut 

Adam Smith mengemukakan bahwa masing-masing negara akan mengkhususkan diri dalam memproduksi barang-barang yang dapat diproduksinya dengan lebih efisien serta memiliki suatu keunggulan absolut, baik alamiah maupun yang dibuat/diproduksi. Sebagian barang-barang tersebut akan diekspor untuk membayar impor barang-barang yang dapat diproduksi lebih efisien di tempat lain. 


Sebagai contoh, ada persaingan sempurna dan tidak ada biaya-biaya transportasi di dunia dengan dua negara dan dua produk. (1) Satu unit masukan (kombinasi tanah. tenaga kerja, dan modal) (2) masing-masing negara memiliki dua unit input yang dapat digunakannya untuk memproduksi beras ataupun mobil dan (3) masing-masing negara menggunakan satu unit masukan untuk memproduksi tiap-tiap produk. Apabila tidak ada negara yang mengimpor atau mengekspor, jumlah yang ditunjukkan juga merupakan apa yang tersedia bagi konsumsi lokal keluaran total dari kedua negara, yaitu empat ton beras dan enam mobil. 


Di AS, tiga ton beras atau dua mobil dapat diproduksi dengan satu unit keluaran. Karena itu, tiga ton beras harus mempunyai harga yang sama dengan dua mobil. Akan tetapi, di Jepang, satu ton beras dapat diproduksi dengan unit masukan yang dapat memproduksi empat mobil sehingga satu ton beras memiliki biaya sebanyak empat mobil. 


Berdasarkan contoh tersebut, AS mempunyai keunggulan absolut dalam produksi beras (tiga banding satu), sedangkan keunggulan absolut Jepang berada dalam pembuatan mobil (empat banding dua). Apakah setiap orang di mana pun akan memberikan kepada pembuat mobil Jepang satu ton beras untuk empat mobil? Menurut contoh ini, semua produsen beras AS seharusnya demikian karena mereka dapat memperoleh dua mobil untuk tiga ton beras di negaranya. Demikian pula para pembuat mobil Jepang. Ketika mereka mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh lebih dari dua ton beras untuk setiap empat mobil di AS, mereka berkeinginan untuk memperdagangkan mobil Jepang dengan beras AS 


Dampak dari teori absolut sebagai berikut 

a Adanya spesialisasi tiap negara. Tiap-tiap negara akan memutuskan menggunakan sumber-sumbernya hanya untuk memproduksi barang yang paling efisien. Jika suatu keputusan produksi tidak dapat menyebabkan efisiensi atau bahkan menyebabkan inefisiensi, negara tersebut lebih baik melakukan impor yang diprediksi dapat lebih efisien. 

b. Adanya syarat-syarat perdagangan. Dengan adanya spesialisasi, hubungan perdagangan antara kedua negara dapat terjadi jika kedua negara itu memperdagangkan sebagian surplus yang menjadi keunggulan mereka. Akan tetapi, dalam kaitan tersebut, terdapat syarat-syarat yang perlu dipenuhi kedua negara tersebut untuk berdagang. Sebagai contoh, pembuat mobil Jepang akan memperdagangkan sebagian mobil mereka dengan beras apabila mereka dapat memperoleh satu ton beras untuk empat mobil di Jepang. Demikian pula petani beras AS akan memperdagangkan beras mereka dengan mobil-mobil Jepang apabila mereka memperoleh sebuah mobil dengan harga kurang dari 1,5 ton beras di AS. 


Apabila kedua negara menggunakan kedua pembatasan perdagangan sehingga masing-masing sama-sama memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, mereka akan menyetujui jual beli 1,25 ton beras untuk sebuah mobil. Keduanya akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi yang ditekuni mereka (Rusdin, 2002). 


Neomercantilism mempunyai tampilan yang hebat. Pandangan neomerkantilisme mendapatkan banyak dukungan, khususnya dukungan dari masyarakat yang ingin memperkuat perekonomian negara mereka. Akan tetapi, haruskah suatu negara tidak memaksimalkan penanganan tabungan berupa emas dan perak? Menurut Adam Smith, ekonom asal Skotlandia yang terkenal sebagai bapak ekonomi dan sebagai pengamat perdagangan bebas, dasar problem atas pandangan merkantilisme itu membingungkan. 


Neomercantilism mempunyai pendekatan yang dangkal, terutama bagi pendukung yang ingin memperkuat ekonomi negeri mereka. Mengapa suatu negeri tidak seharusnya berusaha untuk memaksimalkan saham perak dan emasnya? Menurut Adam Smith, masalah dasar pada sistem ekonomi merkantilisme itu dapat membingungkan antara pengadaan harta benda dan pengadaan atas kekayaan itu sendiri. Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), Smith basis sistem ekonomi merkantilisme yang intelektual dan menunjukkan bahwa sistem ekonomi merkantilisme itu benar-benar memperlemah suatu negeri. Menurut Smith. menyerang sistem ekonomi merkantilisme dapat merampas kemampuan individu yang menyangkut perdagangan bebas serta merenggut manfaat dari adanya pertukaran sukarela/fakultatif perdagangan bebas. Lebih dari itu, hal tersebut dapat menghindarkan impor yang masuk walau dengan harga berapa pun. Bagaimanapun suatu negeri pada akhimya harus menghabiskan sumber dayanya untuk memproduksi barang-barang yang tidak sesuai dengan hasil produksinya. Pemborosan yang disebabkan oleh sistem ekonomi merkantilisme akan mengurangi kekayaan dari suatu negara secara keseluruhan walaupun terdapat manfaat bagi kelompok tertentu. 


Smith sebagai pendukung perdagangan bebas antarnegara menjelaskan bahwa perdagangan bebas merupakan alat memperbesar suatu kekayaan negara. Perdagangan bebas memungkinkan suatu negara untuk memperluas jumlah jasa dan barang-barang agar tersedia suplainya dengan cara menspesialisasikan produksi barang dan jasa tertentu untuk dijual, baik di dalam negerinya maupun ke beberapa negara yang lain. Akan tetapi, jasa dan barang-barang yang bagaimanakah yang perlu diekspor dan yang manakah yang perlu diimpor? Untuk menjawab pertanyaan ini, Smith mengembangkan teori keuntungan absolut yang menyatakan bahwa suatu negara perlu mengekspor jasa dan barang-barang itu apabila lebih produktif diproduksi di dalam negeri serta perlu mengimpor jasa dan barang-barang apabila lebih produktif diproduksi di negara lain dibandingkan di dalam negeri sendiri. 


Keuntungan absolut dapat ditunjukkan melalui demonstrasi contoh numerikal kuantitatif. Kita asumsikan bahwa hanya ada dua negara di dunia, yaitu Jepang dan Prancis. Hanya ada dua produk, yaitu minuman anggur dan jam radio dengan hanya ada satu di antara faktor-faktor produksi, yaitu tenaga kerja. 


Tabel 2.1 menunjukkan keluaran kapasitas produksi (output) dari dua produk per jam tenaga kerja untuk kedua negara. Di Prancis, satu jam tenaga kerja untuk dapat menghasilkan dua botol anggur sekaligus tiga buah jam radio. Di Jepang, satu jam tenaga kerja dapat menghasilkan satu botol anggur sekaligus lima buah jam radio. Prancis mempunyai suatu keuntungan absolut dalam produksi anggur, yaitu satu jam tenaga kerja menghasilkan dua botol anggur, sedangkan tenaga kerja Jepang hanya dapat memproduksi satu botol anggur. Sementara itu, Jepang mempunyai suatu keuntungan absolut dalam produksi jam radio, yaitu satu jam tenaga kerja menghasilkan lima buah jam radio, sedangkan tenaga kerja Prancis hanya menghasilkan tiga buah jam radio dalam waktu yang sama. 


Jika Prancis dan Jepang melakukan perdagangan satu sama lain, keadaan keduanya akan menjadi lebih baik apabila memperhitungkan keuntungan absolut masing-masing negara. Umpamakanlah Prancis setuju menukar dua botol anggur untuk empat buah jam radio. Maksudnya, hanya satu jam per tenaga kerja di Prancis untuk menghasilkan dua botol anggur boundfor bagi Jepang Sementara itu, untuk memproduksi empat buah jam radio, tenaga kerja Prancis akan memerlukan 1.33 jam per tenaga kerja. Dengan perhitungan tersebut, akan lebih baik jika mengimpor jam radio dari Jepang dan mengekspor minuman anggur ke Jepang, demikian juga sebaliknya. 


Dengan membelinya dari Jepang dan bukannya memproduksi jam radio sendiri, Prancis dapat menabung 0.33 jam tenaga kerja. Prancis dapat menggunakan tenaga kerja yang dibebaskan untuk menghasilkan lebih banyak anggur yang pada gilirannya dapat dikonsumsi lebih banyak oleh warga negara Prancis atau menjualnya ke Jepang untuk mendapatkan lebih banyak jam radio dari Jepang. 


Jepang dengan melakukan cara yang sama keadaannya akan lebih baik. Jepang menggunakan 0.8 jam tenaga kerja untuk menghasilkan empat jam radio untuk ditukar dengan dua botol anggur Prancis. Jika memproduksi dua botol anggur sendiri, diperlukan dua jam tenaga kerja. Dengan memproduksi radio jam sendiri, kemudian mereka menukarnya dengan Prancis, Jepang dapat menyelamatkan 1,2 jam tenaga kerja yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak jam radio sehingga Jepang dapat mengonsumsi lebih banyak anggur (Firman, 2006). 


3. Teori Keunggulan Komparatif  

Ricardo (1917) memperlihatkan bahwa meskipun sebuah bangsa memegang keunggulan absolut dalam produksi dun barang, kedua negara masih dapat memperdagangkan keunggulan masing-masing sepanjang bangsa yang produknya menyebabkan inefisiensi mampu mempertahankan efisiensinya pada produksi kedua barang itu. Sebagai contoh, AS memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi beras dan mobil. Perhatikan bahwa dibandingkan AS, Jepang kurang efisien dalam pembuatan mobil daripada memproduksi beras. Karena itu, ia memiliki keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dalam memproduksi mobil (Rusdin, 2002). 


Teori mengenai keuntungan mutlak absolut dapat dipahami dengan membuat pengertian secara intuitif. Sayang sekali, teori ini memiliki banyak kekurangan. Apa yang terjadi pada perdagangan apabila suatu negera mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada kedua produk? Teori keuntungan mutlak absolut secara salah tidak menyatakan bahwa ada kemungkinan perdagangan tidak akan terjadi. David Ricardo, ahli ekonomi asal Britania, Inggris, pada awal abad ke-19, memecahkan masalah ini dengan mengembangkan teori keuntungan komparatif negara. Suatu negara perlu memproduksi dan mengekspor barang-barang dan jasanya yang secara relatif lebih produktif dibanding dengan negara lain serta mengimpor barang-barang dan jasa dari negara lain yang secara relatif lebih produktif. 


Di antara kedua teori ini sulit dicari perbedaannya. Keuntungan absolut melihat perbedaan secara absolut produktivitasnya. Keuntungan komparatif melihatnya dari perbedaan secara relatif produktivitasnya. Yang menjadi pembeda adalah Kunhingan komparatif menyertakan konsep biaya kesempatan (opportunity cost) dalam menentukan kebaikan barang-barang apa saja yang dapat diproduksi pada suatu negara. Biaya kesempatan atau opportunity cost dari suatu kebaikan produk adalah milai yang didapat dari apa yang diberikan untuk mendapatkan kebaikan barang-barang tersebut Kebanyakan dari kita, tanpa disadari, telah menerapkan prinsip keuntungan komparatif dan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost), Sebagai contoh, suatu ahli Nolah otak mungkin lebih baik pada perawatan pembedahan otak dan juga lebih baik dalam menyiangi rumput halaman dibandingkan dengan putra tetangganya. Akan tetapi, jika si ahli bedah secara komparatif lebih baik jika melakukan operasi, dia akan lebih banyak waktunya di meja operasi dan akan membayar remaja untuk menyiangi rumput halamannya. Ahli bedah otak bertindak seperti itu karena biaya kesempatan untuk menyiangi rumput halaman terlalu tinggi. Artinya, waktu yang dihabiskan untuk melakukan penyiangan akan membuat dia tidak ada waktu untuk melakukan operasi. 


Mari kita kembali ke contoh Tabel 2.1 untuk membandingkan keuntungan mutlak absolut dan keuntungan komparatif. Prancis mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada anggur, sedangkan Jepang mempunyai suatu keuntungan mutlak absolut pada radio jam. Teori keuntungan mutlak absolut mengatakan bahwa Prancis perlu mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang perlu mengekspor radio jam ke Prancis. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1, Prancis juga mempunyai suatu keuntungan komparatif dalam memproduksi anggur. Dengan satu jam, tenaga kerja menghasilkan dua kali yang dihasilkan oleh tenaga kerja Jepang untuk memproduksi anggur. Sementara itu, tenaga kerja Jepang apabila mengerjakan radio jam hanya 0.6 kali. Dengan begitu, Prancis secara relatif lebih produktif memproduksi anggur. Maka itu, Jepang mempunyai suatu keuntungan komparatif dalam memproduksi radio jam. Dengan satu jam, tenaga kerja menghasilkan 1,67 kali sebanyak radio jam ketika Prancis memproduksinya, tetapi hanya 0.5 kali sebanyak anggur. Maka itu, Jepang secara relatif lebih produktif dalam memproduksi radio jam. Teori komparatif keuntungan mengatakan bahwa Prancis perlu mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang perlu mengekspor radio jam ke Perancis. Sebagai contoh, Tabel 2.1 menunjukkan bahwa teori keuntungan mutlak absolut dan teori keuntungan komparatif keduanya memiliki hasil yang sama. 


Kita lihat pada beberapa fakta yang lain. Walaupun produktivitas tetap sama di Jepang. Prancis dapat dua kali lebih besar produktivitasnya. Hal ini merupakan hasil dari program pelatihan kepada pekerja untuk mengerjakan pekerjaan baru. Tabel 2.2 menunjukkan situasi yang baru. Prancis sekarang dapat memproduksi empat botol anggur atau enam buah radio jam per jam setiap tenaga kerja. Prancis sekarang mempunyai keuntungan absolut pada kedua barang tersebut, yaitu anggur dan radio jam. Untuk setiap jam tenaga kerja, Prancis dapat memproduksi tiga botol lebih anggur (empat dikurangi satu) atau satu buah radio jam lebih (enam dikurangi lima) daripada Jepang. Berdasarkan teori keuntungan absolut, tidak perlu adanya perdagangan karena Prancis lebih produktif dibanding Jepang dalam memproduksi kedua barang tersebut. 


Teori keuntungan komparatif, di lain pihak, mengindikasikan bahwa perdagangan masih bisa terjadi. Prancis mempunyai waktu empat kali lebih baik dibanding Jepang dalam memproduksi anggur, tetapi hanya 1,2 kali lebih baik dalam produksi radio jam. Sebagai alternatifnya, Jepang hanya 0,25 sama baiknya dengan Prancis dalam memproduksi anggur, tetapi 0,83 sama baiknya dalam produksi radio jam. Prancis darisegi komparatif lebih baik daripada Jepang dalam produksi anggur, sedangkan Jepangsecara komparatif lebih baik daripada Prancis dalam produksi radio jam.  


Menurut teori keunggulan komparatif, Prancis harus mengekspor anggur ke Jepang dan Jepang harus mengekspor radio jam ke Prancis. Apabila ini terjadi, keduanya mendapat kebaikan yang sama. Dalam perdagangan, satu botol anggur dapat dijual untuk 1,5 radio jam di Prancis dan untuk lima buah radio jam di Jepang. Jika Jepang menawarkan untuk melakukan perdagangan, Jepang akan menukar dua buah radio jam untuk satu botol anggur sehingga Prancis akan mendapatkan keuntungan lebih baik (walaupun Prancis memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi radio jam). 


Jepang juga mendapatkan keuntungan. Tanpa melakukan perdagangan, Jepang harus memberikan lima buah radio jam untuk mendapatkan satu botol anggur. Dengan melakukan perdagangan, Jepang hanya harus memberikan dua buah radio jam untuk mendapatkan satu botol anggur lagi. Jepang mendapatkan lebih banyak anggur per radio jam melalui perdagangan dengan Prancis daripada memproduksi sendiri. Walaupun Prancis memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi keduanya, kedua negara memperoleh keuntungan dari perdagangan ini. Bahwa keuntungan komparatiflah yang memotivasi perdagangan ini, bukan keunggulan absolut 


4. Teori Faktor Pendukung oleh Heckscer-Ohlin  

Teori Heckscer-Ohlin menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan internasional dan interegional dalam biaya produksi timbul karena perbedaan dalam pasokan faktor- faktor produksi. Barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang berlimpah akan memperoleh biaya produksi yang lebih murah sehingga memungkinkan menjual produknya dengan harga lebih murah di pasar-pasar internasional. Sebagai contoh, Cina yang relatif memiliki pendukung yang lebih baik dalam tenaga kerja dibanding Belanda harus berkonsentrasi pada produksi barang-barang yang banyak menggunakan tenaga kerja. Sementara itu, Belanda dengan modal yang relatif lebih besar daripada tenaga kerjanya seharusnya menspesialisasikan diri dalam produk- produk yang padat modal. Ketika kedua negara ini berdagang, masing-masing akan memperoleh barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang relatif langka dengan harga yang lebih rendah. Keduanya akan memperoleh keuntungan dari transaksi itu. 

 

Seberapa manfaat dari teori ini untuk menjelaskan pola perdagangan dewasa ini? Negara-negara dengan jumlah tanah yang relatif luas (seperti Australia) melakukan ekspor produk-produk yang padat lahan (gandum dan ternak). Sementara itu, Hongkong mengekspor barang-barang yang padat tenaga kerja. Akan tetapi, ada pengecualian yang berkaitan dengan sebagian asumsi Ohlin. Ada asumsi bahwa harga dari faktor-faktor produksi bergantung hanya pada faktor pendukung. Kita tahu hal ini tidak benar. Harga-harga faktor produksi tidak ditetapkan dalam pasar sempurna. Upah minimum dan manfaat-manfaat yang diatur memaksa biaya tenaga kerja meningkat sampai pada titik yang lebih tinggi daripada nilai produk yang dapat diproduksi oleh banyak tenaga kerja. 

 

Ohlin juga mengasumsikan bahwa suatu teknologi tertentu tersedia secara universal, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Selalu terdapat ketinggalan antara pengenalan metode produksi baru dan aplikasinya di seluruh dunia. Akibatnya, teknologi unggul sering kali memperkenankan sebuah negara untuk memproduksi barang-barang dengan biaya lebih rendah daripada biaya di negara yang memiliki karunia yang lebih baik dalam faktor produksi yang diperlukan. 

 

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1953 oleh ahli ekonomi Wassily Leontief mempersoalkan manfaat teori Heckscher-Ohlin sebagai peramal arah perdagangan. Studi itu, yang dikenal sebagai leontief paradox, menemukan bahwa AS, salah satu di antara negara-negara yang paling padat modal di dunia, mengekspor produk-produk padat tenaga kerja. 

 

Sebuah studi lain yang dilakukan oleh para ahli ekonomi Harvard Sachs dan Shatz tahun 1994 ternyata memperlihatkan bahwa AS telah meningkatkan ekspor barang- barang intensif tenaga kerja terdidik ke negara-negara berkembang dan mengurangi produksi barang-barangnya yang tidak memerlukan tenaga terdidik. Dengan demikian, pada dasarnya banyak hal yang diproduksi, baik dengan proses yang padat modal atau padat tenaga kerja. 

 

Kritik lain atas teori Heckscher-Ohlin adalah bagaimana teori tersebut mengabaikan biaya transportasi. Sebagaimana diketahui, ada barang-barang yang biaya angkutannya begitu tinggi sehingga biaya sampai di tempat (harga penjualan ekspor tambah beban transportasi) lebih besar daripada biaya produk yang dibuat secara lokal Hal ini tentu saja menyebabkan inefisiensi. 

 

Kritik lain adalah berkaitan dengan perbedaan selera. Hal itu karena bagian sisi permintaan yang selalu sulit untuk berurusan dengan teori ekonomi begitu jauh, kita abaikan perbedaan-perbedaan dalam rasa/selera. Akan tetapi, orang-orang bisnis tidak dapat mengabaikan perbedaan ini yang memungkinkan perdagangan mengalir pada arah yang sama sekali berlawanan dengan yang diramalkan oleh teori keunggulan komparatif dari negara-negara biaya tinggi sampai rendah. Prancis menjual kepada AS produk- produk anggur, kosmetik, pakaian, bahkan air minum yang semuanya diproduksi di Prancis dan pada umumnya dijual dengan harga yang lebih rendah. Jerman dan Italia mengirim Porche dan Maserati ke salah satu produsen mobil terbesar di dunia. AS membeli barang-barang ini tidak hanya atas dasar harga, tetapi juga karena perbedaan preferensi selera (Rusdin, 2002). 




Kegiatan Belajar 2 

Teori Kontemporer Bisnis Internasional 


A. TEORI-TEORI KONTEMPORER BISNIS INTERNASIONAL 


Pada perkembangan selanjutnya dari teori-teori yang melatarbelakangi timbulnya bisnis internasional tersebut, muncul beberapa teori kontemporer berkaitan dengan kemajuan keilmuan dan praktik dari bisnis internasional itu sendiri seperti berikut ini (Ball dan Wendell, 2004). 


1. Economies of Scale dan Kurva Pengalaman (Experience Curve )  

Pada tahun 1920-an, para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari economies of scale, yaitu semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran mengakibatkan biaya produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih efisien dapat digunakan sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian-pembelian mereka dengan volume yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih banyak, mereka mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi yang menyebabkan biaya produksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat diperkirakan. 


Economies of scale dan kurva pengalaman memengaruhi perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen. biaya rendah tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang melimpah. Kemudian, persis seperti dalam hal keunggulan komparatif, bangsa-bangsa mengadakan spesialisasi dalam produksi beberapa produk dan berdagang dengan bangsa-bangsa lain untuk memasok sisa kebutuhan mereka. 

 

2. Teori Penggerak Pertama (First Movers) 

Sebagian ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang pertama menerobos pasar (penggerak pertama) akan segera mendominasinya. Hasil dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka memperoleh manfaat economies of scale yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Sebuah studi yang meliputi kisaran industri yang luas menunjukkan bahwa penggerak pertama memegang 30 persen bagian pasar (market share) dibandingkan dengan hanya 13 persen bagi penerobos kemudian. 


Sebuah temuan lain, yaitu 70 persen pemimpin pasar yang ada sekarang adalah para penggerak pertama. 

 

Akan tetapi, riset yang baru menunjukkan bahwa studi-studi sebelumnya tidak sempurna karena didasarkan atas survei perusahaan-perusahaan yang bertahan hidup dan tidak memasukkan sejumlah pionir yang sebenarnya. Sebagai contoh, perusahaan AS. yaitu Ampex, membuat VCR pertama. Akan tetapi, karena menetapkan harga begitu tinggi ($50.000), perusahaan itu hanya dapat menjual produknya sedikit. Sony dan Matsushita melihat potensi pasar dan bekerja selama 20 tahun untuk membuat VCR yang dijual seharga $500. Mereka telah mencapai tujuan tersebut dan menyudutkan pasar produk Ampex dari AS 

 

3. Teori Linder 

Teori ini berkaitan dengan permintaan yang tumpang-tindih. Stefan Linder mengenali bahwa meskipun teori orientasi permintaan Heckscher-Ohlin yang bergantung pada faktor pendukung cukup memadai untuk menerangkan perdagangan internasional dalam produk-produk primer, diperlukan suatu penjelasan lain untuk perdagangan barang-barang manufaktur. Teori orientasi permintaannya menyatakan bahwa selera konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Karena itu, tingkat pendapatan per kapita suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan dimintanya. Karena industri akan memproduksi barang-barang untuk memenuhi permintaan tersebut, jenis- jenis produk yang dibuat mencerminkan tingkat pendapatan per kapita negara itu Barang-barang yang diproduksi untuk konsumsi domestik akhirnya dapat dickspor. 


Teori Linder berkesimpulan bahwa perdagangan internasional dalam barang- barang manufaktur akan menjadi lebih besar antara negara-negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang sama daripada antara negara-negara yang tidak sama tingkat pendapatan per kapitanya. Barang-barang yang akan diperdagangkan adalah barang- barang yang terdapat permintaan tumpang-tindih (overlapping demand). Itu berarti para konsumen di kedua negara meminta jenis barang yang sama. Perhatikanlah perbedaan model Linder dengan model keunggulan komparatif. Dalam hal ini, ia tidak menentukan arah barang-barang tertentu akan pergi. Sebenarnya, Linder menjelaskan bahwa sebuah barang dapat pergi ke arah mana saja. Anda tentu saja tahu bahwa perdagangan intraindustri ini timbul karena diferensiasi produk (product differentiation), misalnya Ford mengekspor Mustang-nya ke Jepang dan Nissan mengirim 300ZX-nya ke AS karena para konsumen di kedua negara memiliki pandangan yang berbeda dalam hal merek. 

 

4. Teori Keunggulan Kompetitif dari Porter  

Michael Porter, seorang profesor ilmu ekonomi dari Harvard University, menelaah 100 perusahaan di 10 negara berkembang untuk mempelajari keunggulan sebuah bangsa dalam suatu industri yang dapat dijelaskan secara lebih memadai dengan variabel-variabel selain faktor-faktor produksi yang merupakan dasar teori- teori keunggulan komparatif dari Heckscher-Ohlin. Teori Porter menyatakan bahwa 


empat variabel akan mempunyai dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan lokal di suatu negara untuk menggunakan sumber-sumber negara itu guna memperoleh keunggulan komparatif berikut. 

 

a. Kondisi-kondisi permintaan, sifat dasar dari permintaan domestik  

Apabila para pelanggan sebuah perusahaan sedang mempunyai permintaan, ia akan berusaha memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi dan inovatif. Dalam melakukan hal itu, akan diperoleh keunggulan kompetitif atas perusahaan- perusahaan yang berada di tempat tekanan domestik lebih kecil. Hal ini mungkin merupakan kasus pada waktu lampau ketika perusahaan-perusahaan internasional memperkenalkan produk-produk baru mereka mula-mula di pasar dalam negerinya (suatu kondisi mengenai teori daur hidup produk). Akan tetapi, ketika banyak perusahaan memperkenalkan produk-produk baru secara global, variabel itu akan menjadi kurang penting. 

 

b. Kondisi-kondisi faktor: level dan komposisi faktor produksi  

Porter membedakan antara faktor-faktor dasar (teori Heckscher-Ohlin) dan faktor-faktor lanjutan (infrastruktur sebuah negara). Kekurangan karunia alam telah menyebabkan bangsa-bangsa melakukan investasi dalam penciptaan faktor- faktor lanjutan, seperti pendidikan angkatan kerjanya, pelabuhan bebas, dan sistem komunikasi maju untuk memungkinkan industri-industri mereka bersaing secara global. Berbagai negara di Karibia telah meningkatkan sistem komunikasi mereka untuk menarik perusahaan-perusahaan perbankan dan jasa lainnya yang mempunyai sedikit ketergantungan pada faktor-faktor produksi dasar. 

 

c. Industri-industri terkait dan pendukung para pemasok dan jasa dukungan industri  

Selama berpuluh-puluh tahun, perusahaan-perusahaan dalam sebuah industri dengan para penyedianya, penyedia bagi mereka, dan seterusnya cenderung membentuk sebuah kelompok di lokasi tertentu, sering kali tanpa alasan yang jelas. Misalnya, semua perusahaan karet AS terkemuka, dengan kekecualian U.S. Rubber yang berlokasi di Akron, Ohio, sejak awal abad ke-21, mendominasi industri ban dunia. Secara nalar, banyak pemasok mereka, seperti para produsen kimia karet, perusahaan-perusahaan karet sintetis, dan pabrikan-pabrikan mesin pemroses karet, telah memiliki fasilitas- fasilitas produksi, laboraturium yang luas, serta organisasi-organisasi jasa di sana. 

 

d. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan-perusahaan domestik, adanya hambatan-hambatan untuk masuk, serta organisasi dan gaya manajemen perusahaan 

Porter mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkena persaingan berat di pasar-pasar domestiknya secara konstan akan meningkatkan efisiensinya yang membuat mereka lebih kompetitif secara internsional. Selama berpuluh-puluh tahun. perusahaan-perusahaan dalam industri yang oligopolistis telah mengamati dengan saksama setiap gerakan para pesaing mereka dan bahkan telah menerobos pasar-pasar luar negeri karena pesaing-pesaingnya telah pergi ke sana. 

 

B. TEORI-TEORI INVESTASI LANGSUNG LUAR NEGERI 

 

Teori investasi langsung luar negeri kontemporer merupakan perluasan dari teori klasik. Teori ini didasarkan pada dalil bahwa perbedaan-perbedaan dalam suku bunga investasi dan risiko adalah alasan penting yang menyebabkan modal dapat berpindah dari satu negara ke negara lain. Beberapa teori investasi langsung luar negeri sebagai berikut (Rusdin, 2002). 

 

1. Teori Keunggulan Monopolistis 

Teori ini dipelopori oleh Stephen Hymer (1960) yang menunjukkan bahwa investasi langsung luar negeri lebih banyak terjadi dalam industri oligopolistis daripada dalam industri-industri yang beroperasi dalam persaingan hampir sempurna. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus memiliki keunggulan yang tidak dapat diperoleh perusahaan-perusahaan lokal. Keunggulan tersebut harus merupakan economies of scale, teknologi unggul atau pengetahuan pemasaran, dan manajemen atau keuangan yang superior. Investasi langsung luar negeri terjadi karena ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi. 

 

2. Ketidaksempurnaan Pasar Produk dan Faktor Produksi  

Teori ini dipelopori oleh Caves (Harvard) yang menunjukkan bahwa pengetahuan unggul memungkinkan perusahaan melakukan investasi untuk memproduksi berbagai produk yang lebih disukai konsumen daripada barang-barang yang sama dengan buatan lokal. Dengan demikian, akan diberikan kepada perusahaan itu beberapa pengendalian atas harga jual dan keunggulan atas perusahaan-perusahaan pribumi. Untuk mendukung apa yang dikemukakannya, ia memberikan catatan bahwa perusahaan-perusahaan yang menanamkan modal di luar negeri adalah industri-industri yang secara khusus terkait dalam penelitian produk dan usaha pemasaran yang kuat. 

 

3. Daur Hidup Produk Internasional (International Product Life Cycle/IPLC)  

Sebagaimana diketahui, terdapat hubungan yang erat antara perdagangan internasional dan invetasi internasional. Konsep IPLC menjelaskan pula investasi langsung luar negeri sebagai tahap alamiah dalam kehidupan suatu produk. Untuk menghindari kehilangan pasar yang dilayaninya melalui ekspor. Sebuah perusahaan harus menanamkan modal berupa sarana produksi di luar negeri ketika perusahaan- perusahaan lain mulai menawarkan produk yang sama. Gerakan ke luar negeri ini akan semakin tinggi selama tahap ketiga dan keempat, yaitu ketika perusahaan yang memperkenalkan produk ini berupaya untuk tetap kompetitif, baik di pasar ekspornya, di pasar dalam negeri, maupun yang berlokasi di negara-negara yang faktor-faktor produksinya lebih murah. 


4. Teori Internalisasi 

Teori ini merupakan pengembangan dari pengetahuan unggul, tetapi ia dapat memperoleh harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan itu dengan menggunakannya daripada menjualnya di pasar terbuka. Dengan melakukan investasi di cabang luar negeri daripada memberikan lisensi, perusahaan tersebut mampu menjual pengetahuannya melewati batas negara dan tetap mempertahankannya di dalam perusahaan dengan harapan dapat mewujudkan hasil yang lebih baik atas investasi yang dilakukan untuk memproduksinya. Dalam teori lain yang terkait, Aliber mengemukakan adanya ketidaksempurnaan dalam pasar valuta asing dan pasar ini dipercaya ikut bertanggung jawab atas terjadinya investasi luar negeri Perusahaan-perusahaan di negara-negara dengan mata uang over valued (nilainya terlalu tinggi) tertarik untuk menanamkan modal di negara-negara yang mata uangnya under valued (nilainya rendah). Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan dari AS, Eropa, dan Jepang menanam investasi ke Indonesia yang nilai mata uangnya lebih rendah. 

 

5. Teori Elektik Produksi Internasional  

Teori ini diperkenalkan oleh Dunning yang intinya menggabungkan unsur- unsur dari beberapa teori sebelumnya. Dunning mengemukakah bahwa apabila sebuah perusahaan bermaksud melakukan investasi dalam sarana produksi di luar negeri, ia harus memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut. 

a. Ownership specific (kepemilikan yang khas), yaitu bagaimana sebuah perusahaan mempunyai atau mampu mendapatkan aset-aset yang kelihatan (tangible assets) dan tidak kelihatan (intangible assets) yang tidak dapat diperoleh perusahaan- perusahaan lain. 

b. Internalization (internalisasi), yaitu perusahaan-perusahaan lebih baik menggunakan kekhasan yang dimilikinya secara optimal daripada melisensikannya kepada pihak asing. 

c. Location specific (kekhasan setempat/lokal), yaitu perusahaan akan memperoleh keuntungan dengan menempatkan sebagian fasilitas produksinya di luar negeri.  

d. Lebih jauh, teori ini memberikan penjelasan atau pilihan sebuah perusahaan internasional terhadap fasilitas produksinya di luar negeri. Perusahaan tersebut harus memiliki keunggulan-keunggulan lokal ataupun kepemilikan untuk menanamkan modal di luar negeri. Perusahaan tersebut akan melakukan investasi di tempat yang paling menguntungkan untuk menginternalisasikan keunggulannya. 



C. PANDANGAN UMUM MENGENAI TEORI BISNIS INTERNASIONAL. 

 

Secara umum, bisnis internasional timbul terutama karena perbedaan-perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang diakibatkan oleh (Rusdin, 2002):  

1. perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi, 

2. perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan, 

3. perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor ini 

4. kurs valuta asing. 

 

Meskipun demikian, perbedaan selera dan variabel permintaan dapat mengubah arah perdagangan yang diramalkan oleh teori. 

 

Teori bisnis internasional jelas menunjukkan bahwa bangsa-bangsa akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi dalam barang-barang tempat mereka memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor barang-barang yang mempunyai kerugian secara komparatif. Pada umumnya, hambatan- hambatan perdagangan yang memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan bebas akan membahayakan kesejahteraan suatu bangsa. Apabila hal ini benar, mengapa setiap bangsa di dunia dikelilingi oleh berbagai hambatan perdagangan? 

 

Kontradiksi yang jelas ini timbul karena pejabat-pejabat pemerintah yang mengambil keputusan mengenai restriksi (hambatan) impor peka terhadap kelompok- kelompok kepentingan yang akan dirugikan oleh persaingan internasional. Kelompok- kelompok ini terdiri atas badan/lembaga masyarakat yang kecil dan mudah diidentifikasi sebagai lawan dari jumlah konsumen yang besar dan tersebar luas yang mendapat keuntungan dari perdagangan bebas. 

 

Dalam setiap debat politik mengenai larangan impor yang diusulkan, kelompok proteksionis akan bersatu dalam memberikan tekanan kepada pejabat-pejabat pemerintah. Sementara itu, para konsumen yang setuju terhadap perdagangan bebas membesarkan sebuah usaha yang terorganisasi. Sebagai contoh, di Indonesia para petani dan organisasi serikatnya memprotes keras kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras, gula, dan produksi pertanian lainnya karena hal itu akan menjatuhkan harga gabah dan gula lokal. Akan tetapi, lembaga konsumen akan meninjaunya dari sisi lain karena impor tersebut memungkinkan konsumen membeli dengan harga yang relatif murah (Rusdin, 2002).