Kisah Sukses Keluarga H Achmad Saleh, Mantan Wartawan Kelahiran Lubuklinggau



H Achmad Saleh dan Istrinya Hj. Supriyatini, S.pd.,M.Si  (foto:potretnews.com)

Luar biasa” mungkin kata-kata ini tepat untuk menggambarkan keluarga yang satu ini, betapa tidak berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, tapi dapat menghantarkan anak-anaknya berprestasi dan sangat membanggakan. Tak berlebihan bila dikatakan, “keberhasilan keluarga ini patut di contoh dan patut untuk dibanggakan”.

Siapa sosok dibalik itu semua? Dialah bernama H. Achmad Saleh atau yang sering di sapa Pak Saleh. Pria kelahiran Kota Lubuklinggau 28 Agustus 1938 ini adalah seorang kepala rumah tangga yang telah membuktikan bahwa ia dapat mendidik anak-anaknya, meskipun dalam keadaan yang prihatin serba pas-pasan, tetapi semangatnya luar biasa terhadap anak-anaknya.

Ia hanyalah seorang wartawan biasa, dan ia menjelaskan bahwa kunci kesuksesan anak-anaknya adalah kemauan atau keinginan dan tekad mereka sendiri. “Saya sebagai orang tua hanya mendukung dan mengantarkan apa yang dicita-citakan mereka, tetapi mereka sendiri yang berusaha untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Jalan Kapten A Rivai Jalan Sambu No. 36 Palembang.

Saleh bercerita, pada tahun 1975 ia sempat merasakan hidup yang serba prihatin jauh dari kesan mewah, rumahnya masih berlantaikan tanah, tempat tidur pun masih terbuat dari kayu, dan perlengkapan dapur pun tak selengkap saat ini, tapi ia bahagia memiliki anak-anak yang luar biasa, yang tak pernah mengeluh, dan pastinya memiliki semangat tak pernah menyerah meski dalam keadaan yang susah dan serba memprihatinkan, akan tetapi dalam kondisi sesulit apa pun, Saleh tetap mengutamakan pendidikan buat anak-anaknya.

Siapa yang menyangka anak-anak yang ia besarkan sekarang menjadi anak-anak yang luar biasa, anaknya yang pertama yang bernama Prof. DR. Diah Natalisa, MBA yang sekarang telah menjabat sebagai Koordinator Kopertis Wilayah II dan memiliki riwayat pendidikan yang patut diacungi jempol yaitu, S1 di Universitas Sriwijaya, dan selanjutnya Diah mendapatkan beasiswa S2 di School of Business & Economics University of Kentucky, dan S3 Universitas Airlangga di Surabaya.

Selain Diah, masih ada tiga lagi anak dari Achmad Saleh yaitu anak yang nomor dua yang bernama Tito Karnavian yang sekarang menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan pernah menjabat sebagai Kapolda Papua dan Kepala Densus 88 dari November 2009 - Oktober 2010, dan memiliki riwayat pendidikan yang tak kalah hebat.

Siapa Tito Karnavian? Di mata keluarganya, Tito adalah sosok yang pemberani. Sekaligus juga nakal. Bahkan sampai SMA, alumnus SMA Negeri 2 Palembang itu selalu kesiangan. Ia berangkat ke sekolah dengan kaos kaki yang asal-asalan dan bermodalkan sebuah buku yang di-gulung dan dimasukkan ke kantong belakang. “Setelah dinasihati, akhirnya Tito berubah dan mulai menunjukkan prestasinya,” tambah ayahanda Tito, Drs Haji Achmad Saleh.

Setelah lulus SMA tahun 1983 Tito mulai mengikuti ujian perintis (Ujian Masuk Perguruan Tinggi). Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Kepolisian), Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Empat-empatnya ia lulus, tapi yang dipilih Akabri.

Dan pada akhirnya Tito langsung melanjutkan pendidikan Akademi Kepolisian dan selesai pada tahun (1987). Sebagai orangtua pada awalnya, Saleh saat itu berharap Tito dapat kuliah di Fakultas Kedokteran (FK). Tahun 1983 sesuai dengan keinginan ibunya Kordiah (Almarhumah) yang ingin salah satu anaknya menjadi dokter (karena ibu seorang bidan). Tito dan kakak perempuannya, Diah Natalisa, ikut tes di fakultas kedokteran.

“Saya dan Tito sama-sama ikut tes eh taunya Tito yang lulus di FK Unsri. Bukan saja diterima di FK Unsri tapi Tito juga diterima di Fisip (UGM atau UI) Jurusan Hubungan Internasional dan pada waktu yang sama juga diterima di STAN. Dia memang pintar, setiap ikut tes pasti diterima,”kata Diah .

“Ibu kami sangat senang karena anaknya bakal yang jadi dokter. Tapi ternyata Tito ikut tes polisi juga. Padahal dari sisi postur tubuh, Tito itu pas-pasan saja, tidak terlalu tinggi,”tutur Diah. Itu sebabnya pada 1983 saat seleksi di Palembang Tito lulus lalu ikut seleksi terakhir di Semarang.

“Saking dak setujunya anaknya jadi polisi, ibu waktu itu telepon Tito yang sudah dikarantina di Semarang. Ibu minta Tito pulang ke Palembang. Padahal pas karantina tidak boleh ditelepon keluarga. Akibatnya Tito kena skorsing. Tapi, Tito tetap memilih jadi polisi, apapun risikonya meski ibu kecewa. Untuk pilihan yang satu ini, Tito bertindak di luar sifatnya yang patuh paa orangtua. Diah mengakui Tito punya otak encer. Sejak kuliah di Akpol sampai lulus tahun 1986, Tito selalu jadi yang terbaik. Sampai saat lulus dia mendapat prestasi utama, Bintang Adi Makajasa dari Presiden RI Soeharto.

setelah itu Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK (1996), Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998), Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998), Sespim Pol, Lembang (2000), Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude), dan yang terakhir yaitu Lemhannas RI PPSA XVII (2011)

Anak yang nomor tiga yaitu bernama Dr. Iwan Dakota. SpJP (K), pria kelahiran Palembang 1 januari 1966 ini sekarang menjabat sebagai Direktur Umum dan SDM di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita (RSJHK) Jakarta. Dan adiknya yang bernama Dr. Fifa Argentina SpKK yang sekarang berada di Palembang dan bertugas di Rumah sakit Siti Khodijah.

Dari keempat anak Saleh semuanya menjadi orang penting, yang bisa berguna tidak hanya dalam lingkungan keluarga akan tetapi sangat berguna untuk Bangsa dan Negara. Inilah yang patut dicontoh dari keluarga yang sederhana tetapi memiliki anak-anak yang istimewa.

Meskipun Saleh bukanlah orang kaya, akan tetapi Saleh selalu mengutamakan pendidikan buat anak-anaknya, ia pernah berpesan pada anak-anaknya, “tak ada harta yang dapat diwariskan kecuali dengan pendidikan”. Jadi hanya dengan pendidikanlah ia mengantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan.

Diah Natalisa anak pertama Saleh, juga mengatakan “Ayah itu sosok yang paling berperan dalam pendidikan kami, meskipun dalam kesederhanaannya ayah tetap selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kami dalam dunia pendidikan” ujarnya

Untuk mencapai kesuksesan memang tak semudah membalikan telapak tangan, apa lagi menciptakan keluarga yang sukses, harmonis, damai dan sejahtera, dengan dikelilingi anak-anak yang luar biasa, inilah kisah seorang wartawan biasa yang penuh kesederhanaan tapi ia dapat menciptakan dan membina rumah tangganya seperti istanah dengan dikelilingi anak-anak yang hebat, bukan hanya hebat dimata keluarga akan tetapi hebat dimata Negara.

Meskipun begitu sosok Saleh tetaplah menjadi sosok yang ramah dan penuh kesederhanaan begitu pun dengan anak-anaknya, sampai sekarang tak pernah membuatnya menjadi sombong atas keberhasilan yang telah dicapainya. kunci kesuksesan dalam mendidik anak selain orang tua yang tegas dalam mengarahkan betapa pentingnya pendidikan, anak juga harus memiliki tingkat kesadaran diri agar ia pun selalu berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut, dan yang paling penting adalah kemampuan mengatur dirinya sendiri, jadi kunci kesuksesan anak bukan hanya dari orang tua akan tetapi anak juga menjadi faktor yang paling penting dalam hal tersebut, tanamkan sedini mungkin sikap kesederhanaan dan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak anda.