ISLAM DI NUSANTARA

 



Abad pertama Islamisasi Asia Tenggara berbarengan dengan masa merebaknya Tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan Tarekat. Beberapa Tokoh yang berpengaruh secara signifikan antara lain : Al Ghazali (450 - 505 H / 1058 - 111 M), yang telah menguraikan konsep moderat tasawuf akhlaqi yang dapat diterima dikalangan fuqaha, Ibnu Arabi (560 - 638 H / 1164 - 1240 M), yang karyanya sangat mempengaruhi ajaran hampir semua sufi, serta para pendiri Tarekat semisal Abdul Al-Qadir Al-Jaylani (470 - 561 H / 10771 - 165 M) yang ajarannya menjadi dasar Tarekat Qadiriyah, Abu Al-Najib Al-Suhrawardi (490 - 563 H / 1096 - 1167 M), Najmuddin Al-Kubra (w.618 H / 1221 M) yang ajarannya sangat berpengaruh terhadap Tarekat Naqsyabandiyah, Abu Al-Hasan Al-Syadzali (560 - 638 H / 1196 - 1258 M) sufi asal Afrika dan pendiri Tarekat Syadziliyah, Bahauddin Al-Bukhari Al-Naqsyabandi (717 - 781 H / 1317 - 1389 M) dan Abdullah Al-Syattar (w.832 H / 1428 M).

Islam yang diterima orang-orang Asia Tenggara yang pertama memeluk Islam barangkali sangat diwarnai oleh berbagai ajaran dan amalan sufi. Di Indonesia dan khususnya di Jawa, awal mula perkembangan agama (Islam) adalah dalam bentuk yang sudah bercampur baur dengan unsur-unsur India dan Persia, terbungkus dalam praktik-praktik keagamaan Islam yang datang ke Indonesia dan khususnya di Jawa adalah Islam yang bercorak sufistik.

Islam datang masuk ke Indonesia melalui jalur mistisme India dan disambut oleh kepercayaan lama yang sudah berkembang yaitu Hindu, Buddha dan animisme. Namun lama kelamaan Islam berhasil menjadikan dirinya sebagai nafas kepercayaan-kepercayaan lama tersebut. Terlebih-lebih setelah berdirinya kerajaan Islam Demak dipimpin Sultan Al-Fattah yang idukung sepenuhnya oleh Dewan Wali Songo.

Para sufi (wali), ulama dan kyai di tanah Jawa cenderung bersikap simpatik dan akomodatif terhadap tradisi budaya lokal. Tradisi mendoakan orang yang sudah meninggal atau menghormati arwah para leluhur dalam agama-agama Jawa, juga dilestarikan. Bahkan sekarang mendapatkan bentuknya yang khas karena adanya Islamisasi budaya.

Islam berhasil melakukan alkulturisasi islamisasi budaya lokal. Segala bentuk tradisi dan budaya lokal tidak satupun yang luput dari usaha besar, termasuk didalamnya upacara : selametan orang yang meninggal dunia (tahlilan), upacara nujuh bulan ibu hamil, tradisi sedekah bumi, tradisi nadran, dan sebagainya.