TUGAS TUTORIAL KE-1
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
Nama Mata Kuliah |
: |
StudiKelayakanBisnis |
Kode Mata Kuliah |
: |
EKMA
4311 |
Jumlah sks |
: |
3 sks |
Status Pengembangan |
: |
Baru/ |
Tahun Pengembangan |
: |
2021 |
Edisi Ke- |
: |
No |
Tugas Tutorial |
Skor Maksimal |
Sumber Tugas Tutorial |
1. |
Para
investor sangat membutuhkan manfaat Studi Kelayakan Bisnis untuk menanamkan
modalnya secara langsung dalam suatu proyek investasi untuk mendapatkan
konpensasi dari penanaman modalnya tersebut berupa dividen. Jelaskan manfaat
SKB bagi calon investor sendiri, pemilik proyek dan pihak ketiga! |
25 |
BMP Modul 1/KB
ke-1 |
2. |
Untuk menghasilkan produk
yang sesuai dengan klasifikasi standar industri (standart indusrial clasification) sekarang sesuai dengan
standar yang ditetapkan, maka perlu produk-produk baru dilakukan inovasi
dengan kreativitas penciptaan produk baru supaya laku dipasar
nasional/internasional. Jelaskan apa tindakan yang
harus dilakukan oleh produsen supaya produk baru dapat sesuai dengan standar
standar yang ditetapkan! |
20 |
BMP Modul 2/KB ke-1 |
3. |
Jelaskan
teknik-teknik permintaan suatu barang yang digunakan untuk meningkatkan
penjualan suatu produk oleh penjual untuk mengestimasi besarnya penjualan
yang akan datang! |
25 |
BMP Modul 2/KB ke-3 |
4. |
Salah satu metode untuk
menentukan besarnya skala produksi adalah dengan pendekatan titik impas (Break Even Point). Misalnya untukmemproduksisuatubarangelektronikdiperlukanbiayatetapRp
100.000,00 dan biayavariabelsebesar Rp.20.000,00 per unit barang yang
diproduksi. JikahargajualperunitbarangRp. 25.000,00.
Hitunglah: a.
Jumlahbarang yang harusterjual agar terjadi
BEP. b.
Jumlahuangpenjualan yang diterima agar terjadiBEP : c.
Jumlahproduk yang
harusdijualsupayadapatmenutupibiayatetapnya. |
30 |
BMP Modul 3/KB ke-1 |
* coret
yang tidak sesuai
PENYELESAIAN TUGAS :
SOAL NOMOR 1 :
1. Para investor sangat membutuhkan manfaat Studi Kelayakan Bisnis untuk
menanamkan modalnya secara langsung dalam suatu proyek investasi untuk
mendapatkan konpensasi dari penanaman modalnya tersebut berupa dividen.
Jelaskan manfaat SKB bagi calon investor sendiri, pemilik proyek dan pihak
ketiga!
Jawaban :
a. Manfaat bagi Investor
Investor dalam hal ini bisa suatu lembaga domestik atau asing,
bisa pula individu pemilik modal domestik maupun asing. Investor adalah orang
atau lembaga yang memiliki sejumlah dana dan menanamkan dananya secara langsung
dalam suatu proyek investasi dengan mendapatkan kompensasi berupa dividen.
Investor dalam Perseroan Terbatas (PT) disebut pemegang saham. Dengan
menanamkan dananya secara langsung di dalam kegiatan investasi, investor bisa
berperan aktif dalam pengendalian dan pengoperasian perusahaan. Investor
(sebagai pemilik perusahaan nantinya atau sebagai pemegang saham) akan lebih
memperhatikan prospek usaha tersebut. Pengertian prospek di sini adalah tingkat
keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta risikonya.
Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan dan risiko investasi.
Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta
oleh para investor.
Para investor dalam menanamkan dananya menggunakan prinsip bahwa
proyek yang akan dibiayainya harus benar-benar dipersiapkan dan harus layak
dari segi teknis, ekonomis, dan keuangan. Hal ini karena mereka tidak
menginginkan proyeknya gagal. Oleh karena itu, diperlukan studi yang serius
dalam merencanakan suatu proyek yang disebut studi kelayakan perusahaan/proyek.
Studi kelayakan tersebut bisa dibuat oleh calon investor itu sendiri, pemilik
proyek yang masih membutuhkan penanam modal lain atau pihak ketiga, misalnya
konsultan.
Apabila studi kelayakan dilakukan oleh calon investor itu
sendiri, fungsinya adalah untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusan investasi
yang akan dilakukan adalah keputusan yang telah diperhitungkan dengan matang
dan proyeknya akan menghasilkan keuntungan yang memadai. Jika studi kelayakan
dilakukan oleh pemilik proyek yang masih membutuhkan penanam modal lainnya,
fungsinya adalah untuk menarik minat penanam modal lain dan meyakinkan para
calon penanam modal tersebut bahwa proyek memiliki prospek keuntungan yang
baik. Jadi, calon penanam modal tidak perlu ragu untuk menanamkan dananya dalam
proyek tersebut. Penyusunan studi kelayakan oleh pihak ketiga, misalnya
konsultan, dilakukan karena berbagai pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut antara lain adalah ketidakmampuan pemilik proyek melakukan studi kelayakan
(misalnya karena proyek berskala besar sehingga membutuhkan orang-orang yang
berpengalaman dalam melakukan studi proyek) atau agar penilaian proyek bisa
dilakukan seobjektif mungkin karena dilakukan oleh pihak ketiga yang
independen.
Dengan mempelajari studi kelayakan suatu proyek yang telah
dilakukan dengan baik, investor akan memutuskan apakah akan menanamkan dananya
atau tidak ke dalam proyek tersebut. Dari studi kelayakan tersebut, calon
investor akan mengetahui kekuatan dan kelemahan proyek. Dari studi kelayakan
tersebut juga dapat diketahui berapakah perkiraan keseluruhan biaya proyek dan
berapa yang bisa dipenuhi dengan modal sendiri, kalau perlu sumber dana apa
saja yang paling efektif bagi proyek, serta sejauh mana proyek bisa bertahan
jika terjadi hal yang tidak dikehendaki. Misalnya jika terjadi kenaikan bahan
baku, biaya tenaga kerja atau penurunan penjualan dari rencana semula. Selain
itu, seorang investor akan memutuskan menanamkan dananya dalam proyek tersebut
jika proyek yang bersangkutan memiliki risiko seminimal mungkin. Andaikata
diperkirakan akan terjadi risiko, risiko apa saja yang diperkirakan akan timbul
dan bagaimana cara penanggulangannya.
b. Manfaat bagi Kreditor
Kreditor dalam kaitan dengan pembangunan proyek-proyek menengah
dan besar, biasanya bank, bank pembangunan atau lembaga keuangan bukan bank,
baik domestik maupun asing yang pendiriannya sah menurut hukum dan peraturan
yang berlaku di negara tempat bank atau lembaga keuangan bukan bank tersebut
berada. Kreditor memerlukan studi kelayakan proyek karena ia harus menilai
prospek proyek guna menentukan akan memberikan pinjaman pembiayaan atau tidak.
Kreditor asing, misalnya Bank Dunia, perlu mengadakan penilaian terhadap proyek
yang diajukan untuk mendapatkan bantuan keuangan, untuk memutuskan apakah
pinjaman akan diberikan atau tidak.
Studi kelayakan atau dalam lingkungan perbankan disebut dengan
penilaian proyek atau penilaian kredit, bertujuan untuk menilai proyek yang
diajukan untuk memperoleh permohonan pinjaman. Biasanya studi kelayakan
terhadap proyek tersebut dilakukan sendiri oleh bank atau lembaga keuangan
bukan bank, atau jika dilaksanakan oleh konsultan, konsultan yang ditunjuk
adalah yang telah direkomendasi oleh bank atau lembaga keuangan yang
bersangkutan. Jadi, keputusan dicairkan atau tidaknya pinjaman akan didasarkan
pada standar penilaian dan kebijaksanaan masing-masing bank atau lembaga
keuangan bukan bank.
Contoh ; tingkat bunga pinjaman investasi Bank “A” adalah 20%
per tahun, sedangkan tingkat kredit investasi Bank “B” adalah 22% per tahun.
Perbedaan tingkat bunga ini tentu saja akan mempengaruhi perhitungan proyeksi
keuntungan dari proyek “X”, jika proyek “X” mengajukan permohonan kredit proyek
“X” ke bank “B” dan bank “A”. Sekalipun perlu dicatat bahwa pertimbangan dalam
pengambilan keputusan disetujui atau tidaknya suatu permohonan kredit
semata-mata tidak hanya dilihat profitabilitas komersialnya, melainkan juga
profitabilitas ekonomi nasional dan faktor-faktor lain. Hal ini dikaitkan
dengan fungsi bank sebagai bank komersial sekaligus sebagai bank pembangunan.
Sebagai investor, kreditor juga tidak mengharapkan proyek gagal.
Perbedaannya, kepentingan kreditor dengan proyek terbatas selama periode utang
belum lunas, sedangkan investor memiliki kepentingan selama modalnya tertanam
di proyek, atau selama hidup proyek. Para kreditor akan lebih memperhatikan
segi keamanan dana yang akan dipinjamkan. Dengan demikian, mereka mengharapkan
agar pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan oleh pemilik
proyek tepat pada waktunya. Karena itu, para kreditor sangat memperhatikan pola
aliran kas selama jangka waktu pinjaman. Tentu saja hal ini tidak berarti para
kreditor tidak memperhatikan prospek usaha tersebut, melainkan mereka lebih
memperhatikan periode pengembalian pinjaman.
Salah satu bentuk kreditor adalah Lembaga Keuangan Pembangunan.
Lembaga Keuangan Pembangunan memiliki tujuan menyediakan dana pinjaman jangka
panjang dan menengah bagi investasi produktif. Lembaga Keuangan Pembangunan
merupakan kombinasi antara lembaga perantara keuangan dan lembaga pembangunan.
Sebagai lembaga keuangan, tugas utamanya adalah memindahkan modal lokal dan
asing, terutama yang bersifat jangka panjang. Sebagai lembaga pembangunan,
kegiatan perantaraannya mengandung dimensi yang lebih luas, artinya lembaga
pembangunan tersebut harus menyalurkan modal kepada proyek-proyek yang
mempunyai nilai kelayakan dan manfaat yang tinggi, ditinjau dari segi kepentingan
nasional. Bantuan pembiayaan kepada suatu usaha atau proyek harus langsung
dihubungkan dengan tingkat optimasi dampak proyek terhadap usaha-usaha
pembangunan negara secara keseluruhan. Kombinasi dari tujuan ganda, yaitu
keuntungan dan manfaat sosioekonomis, merupakan falsafah dari suatu lembaga
keuangan pembangunan. Lembaga keuangan pembangunan tersebut dan lembaga-lembaga
keuangan lain berkepentingan dalam mengevaluasi proyek sehubungan dengan
pengambilan keputusan pemberian bantuan keuangan.
c. Manfaat bagi Pemerintah
Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek
bagi perekonomian, yaitu apakah proyek membantu menghemat devisa, menambah
devisa atau memperluas lapangan kerja. Manfaat tersebut terutama dikaitkan
dengan penanggulangan masalah- masalah yang sedang dihadapi pemerintah.
Misalnya, pemerintah sedang menggalakkan ekspor nonmigas maka proyekproyek yang
akan mengekspor hasil produksinya dan tidak menggunakan komponen impor akan
lebih diterima oleh pemerintah sehingga biasanya, perusahaan-perusahaan yang
menggarap sektor yang sedang diprioritaskan akan lebih mudah mendapatkan
berbagai fasilitas.
Pemerintah mengadakan penilaian terhadap proyek-proyek untuk
membantu dalam pengambilan keputusan pemberian kemudahan fasilitasfasilitas terhadap
proyek. Misalnya, pemberian keringanan pembebasan pajak, subsidi, jaminan, dan
insentif lain. Misalnya, suatu proyek diperkirakan memiliki profitabilitas
ekonomi yang tinggi dibandingkan tingkat profitabilitas komersialnya, dengan
kata lain proyek diperkirakan memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian
nasional, tetapi memberikan tingkat keuntungan relatif rendah kepada
perusahaan. Pemerintah akan memberikan berbagai kemudahan fasilitas agar banyak
pengusaha swasta yang tertarik menangani proyek sejenis. Artinya, proyekproyek
yang diperkirakan akan memberikan sumbangan besar terhadap masyarakat akan
diprioritaskan pelaksanaannya oleh pemerintah dengan memberikan berbagai
kemudahan fasilitas.
Sebaliknya, apabila tingkat profitabilitas komersial proyek jauh
lebih tinggi daripada profitabilitas ekonomi nasionalnya, berarti terlalu
banyak dana yang tertanam dalam proyek-proyek yang dimanfaatkan oleh beberapa
orang saja, misalnya para pengusaha proyek yang bersangkutan dan bukan
dimanfaatkan oleh masyarakat banyak. Contohnya, proyek yang terlalu
berorientasi pada padat modal atau terlalu banyak menggunakan bahan baku, bahan
penolong atau barang modal lainnya atau bahkan barang dagangan yang diimpor.
Hal ini tentu saja akan banyak mengeluarkan devisa untuk pembelian barang-
barang yang diimpor tersebut.
Tindakan pemerintah untuk meningkatkan profitabilitas ekonomi
dari proyek semacam itu antara lain dengan mengeluarkan larangan impor bagi
barang-barang tertentu, meningkatkan bea masuk barang-barang impor dan
tindakan-tindakan lain untuk mencegah tingginya pengeluaran devisa. Selain itu,
penilaian proyek membantu pemerintah memutuskan pengalokasian devisa, yaitu
yang akan mengalokasikan untuk mengimpor barang-barang modal, bahan penolong
atau bahan baku. Penilaian proyek oleh pemerintah juga dimaksudkan untuk
membantu pengambilan keputusan di dalam menentukan pemberian pinjaman oleh
pemerintah kepada proyek, ikut serta dalam patungan (joint-ventures) atau
menanamkan dananya langsung sebagai pemegang saham dalam suatu proyek
pemerintah.
d. Manfaat bagi Pihak Manajemen Perusahaan
Studi kelayakan dapat dibuat baik oleh pihak eksternal maupun
internal (perusahaan itu sendiri). Hal ini merupakan upaya dalam rangka
merealisasi ide dan berujung pada peningkatan laba perusahaan. Sebagai pihak
yang menjadi project leader, tentunya pihak manajemen perlu mempelajari studi
kelayakan untuk mengetahui berapa dana yang perlu dialokasikan, rencana
pendanaan dari investor, dan dari kreditur.
e. Manfaat bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Dalam penyusunan studi kelayakan, perlu juga dianalisis manfaat
yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional. Studi kelayakan yang dibuat perlu dikaji demi tujuan
pembangunan ekonomi nasional.
2. Untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan klasifikasi
standar industri (standart indusrial clasification) sekarang sesuai dengan
standar yang ditetapkan, maka perlu produk-produk baru dilakukan inovasi dengan
kreativitas penciptaan produk baru supaya laku dipasar nasional/internasional.
Jelaskan apa tindakan yang harus dilakukan oleh produsen supaya produk baru
dapat sesuai dengan standar standar yang ditetapkan!
Terdapat beberapa tindakan untuk membantu proses kreativitas
penciptaan produk baru, yaitu:
a. modifikasi, produk yang sudah ada dalam beberapa segi,
seperti warna, ketajaman, suara, gerak, dan manfaat;
b. menyusun kembali, dalam hal komponen, skedul, pola
rangkaian, dan langkah;
c. memperbesar, jumlah unit, tindakan, harga,
lebih besar, dan lebih tinggi;
d. mengurangi, yang dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan, memperpendek, dan membagi atau memperkecil produk yang sudah
ada;
e. kombinasi, unit, ide-ide, ensembles,
campuran, dan golongan/macam macam campuran;
f. substitusi, power, pendekatan proses,
bahan-bahan, atau unsur yang dipergunakan dalam pembuatan produk; g.
mengubah, secara keseluruhan, hubungan, antarproduk atau memunculkan
kembali produk baru, dan manfaat baru.
Dengan mempelajari klasifikasi standar industri, dimungkinkan
untuk melakukan beberapa hal di atas sehingga seseorang akan memperoleh
kesempatan mengembangkan produk jenis baru atau produk yang sifatnya hampir
sama dengan produk lama.
3. Jelaskan teknik-teknik permintaan suatu barang yang digunakan
untuk meningkatkan penjualan suatu produk oleh penjual untuk mengestimasi
besarnya penjualan yang akan datang!
Meramal Permintaan Peramalan produksi dan penjualan suatu produk
yang permintaannya stabil dari waktu ke waktu dan tidak ada persaingan relatif
lebih mudah dibandingkan dengan peramalan produksi atau penjualan produk yang
memiliki kondisi sebaliknya. Pada kenyataannya, dalam sebagian besar pasar,
permintaan pasar keseluruhan, dan permintaan produk perusahaan sangat tidak
stabil. Oleh karena itu, peramalan menjadi suatu hal yang penting sekali.
Teknik-teknik peramalan yang ada dibuat atas dasar segala sesuatu yang
dikatakan, dikerjakan, atau yang telah dilakukan masyarakat. Teknik peramalan
atas dasar segala suatu yang dikatakan masyarakat, misalnya peramalan
berdasarkan pendapat wiraniaga (salesmen), pendapat konsumen/pembeli, dan
pendapat para ahli. Salah satu contoh teknik peramalan atas dasar segala
sesuatu yang dikerjakan masyarakat adalah Metode Tes Pasar. Metode Tes Pasar
biasanya dilakukan untuk meramalkan dan mendapatkan reaksi pembeli atas produk
baru atau produk yang sudah ada di pasar, tetapi menggunakan saluran distribusi
baru atau memasuki daerah pemasaran baru. Terakhir, teknik peramalan atas dasar
segala sesuatu yang telah dilakukan masyarakat, misalnya analisis catatan
perilaku pembelian para pembeli di masa lalu dan teknik peramalan dengan metode
statistik, misalnya analisis runtut waktu.
Teknik peramalan bisa pula dikelompokkan ke dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif biasanya merupakan peramalan
berdasarkan pendapat suatu pihak, dan datanya tidak bisa dibuat dalam angka.
Teknik peramalan tersebut, misalnya peramalan pendapat (judgment forecast) dan
peramalan dengan menggunakan survei, misalnya survei pembeli, pendapat para
wiraniaga, pendapat pimpinan, pendapat para ahli, dan tes pasar. Sebaliknya,
teknik peramalan kuantitatif merupakan teknik peramalan yang mendasarkan pada
data masa lalu, dapat dikuantitaskan dalam angka, dan diasumsi bahwa keadaan
masa lalu akan berulang kembali di masa yang akan datang.
Teknik peramalan kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu (1) peramalan sederhana dan (2) peramalan statistik. Perhitungan dalam
peramalan sederhana adalah perhitungan matematis sederhana. Sebagai contoh,
jumlah penjualan tahun A adalah Rp1 juta setahun dengan kenaikan 20% setahun.
Jadi, penjualan tahun B adalah Rp1.200.000,00 (120% x Rp1.000.000,00),
sedangkan peramalan statistik meliputi Analisis Runtut Waktu (time series
analysis) dan Analisis Regresi-Korelasi.
Beberapa teknik peramalan tersebut akan dibahas secara ringkas
sebagai berikut :
a. Survei pembeli (survey of buyers intentions)
Teknik peramalan ini
bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang akan dilakukan oleh para pembeli
dalam menghadapi keadaan tertentu. Survei ini bisa bermanfaat jika pembeli
memiliki sikap yang jelas dan dapat diformulasikan dan diinformasikan kepada
pihak yang mengadakan survei. Untuk mengukur kecenderungan membeli barang
konsumsi, antara lain dengan menggunakan skala kemungkinan pembeli (purchase
probability scale) termasuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan ekonomi calon
pembeli, tingkat ketidaksenangan serta tingkat kesenangan terhadap produk yang
ditawarkan.
Untuk barang industri, survei lebih dititikberatkan pada masalah
peralatan, bahan baku, dan kepabrikan lainnya. Survei sikap pembeli barang
industri lebih mudah dilakukan karena jumlah pembeli industri tidak sebanyak
pembeli eceran serta pembeli memiliki sikap yang jelas dan mau mengemukakan
sikapnya.
b. Peramalan berdasarkan pendapat tenaga pemasaran (composite of
sales force opinions)
Jika survei pembeli secara langsung tidak bisa dijalankan,
perusahaan dapat menggunakan tenaga pemasaran sebagai sumber informasi untuk
mengadakan peramalan. Kelemahan metode ini adalah terlalu optimis atau
pesimisnya peramalan oleh tenaga pemasaran tersebut sehingga dapat menyebabkan
peramalan yang terlalu tinggi atau sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut
perusahaan dapat memberikan insentif kepada tenaga pemasaran yang mengajukan
ramalan terbaik. Dengan demikian, diharapkan prestasi tenaga pemasaran dapat
lebih terpacu untuk menghasilkan yang lebih baik.
c. Pendapat para ahli (expert opinion)
Para ahli yang dilibatkan dalam peramalan di sini meliputi
dealer, distributor, pemasok, konsultan pemasaran, dan asosiasi dagang.
Misalnya, secara periodik, dealer diminta menentukan target penjualan yang
ingin dicapai atau setiap periode tertentu perusahaan membeli paket peramalan
industri dari sebuah jasa konsultan.
d. Tes pasar (market test)
Tujuan mengadakan tes pasar adalah untuk mempelajari reaksi
konsumen dan dealers dalam menangani, menggunakan, dan membeli ulang produk
produk secara nyata dan untuk mengetahui luas permintaan. Metode tes pasar
antara produk konsumen berbeda dengan produk industri. Dalam mengadakan tes
pasar produk konsumen, perusahaan memiliki empat periode yang akan diukur,
yaitu percobaan, percobaan pertama, adopsi, dan frekuensi pembelian. Terdapat
empat metode tes pasar, yakni penelitian gelombang penjualan (Sales-wave
Research), teknik toko tiruan (Simulated Store Technique), Controlled Test
Marketing, dan Market Test. Dalam Sales-wave Research, konsumen diberi produk
percobaan secara cuma-cuma atau dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan produk pesaing (jika barang tersebut sudah ada di pasaran) selama tiga
sampai lima kali.
Metode Simulated Store Technique membutuhkan biaya yang lebih
besar daripada metode sebelumnya. Perusahaan memilih beberapa toko atau pusat
pembelanjaan untuk disaring (screening). Kemudian, konsumen diberikan sejumlah
uang dan diundang di salah satu toko tersebut sehingga mereka bisa
membelanjakan atau memilih produk baru di antara produk- produk lainnya.
Beberapa minggu kemudian, konsumen tersebut dimintai keterangan (lewat telepon)
untuk mendapatkan alasannya mengapa mereka membeli atau tidak. Metode ini
meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi memberikan hasil yang
tepat.
4. Salah satu metode untuk menentukan besarnya skala produksi
adalah dengan pendekatan titik impas (Break Even Point). Misalnya untuk
memproduksi suatu barang elektronik diperlukan biaya tetap Rp 100.000,00 dan
biaya variabel sebesar Rp.20.000,00 per unit barang yang diproduksi. Jika harga
jual perunit barang Rp. 25.000,00. Hitunglah:
a. Jumlah barang yang harus terjual agar terjadi BEP.
Q = FC/(p-VC) = Rp 100.000/(Rp 25.000 – Rp 20.000) = 20 unit
produk
b. Jumlah uang penjualan yang diterima agar terjadi BEP :
20 unit x Rp 25.000 = Rp 500.000
c. Jumlah produk yang harus dijual supaya dapat menutupi biaya
tetapnya.
Q = FC/p = Rp 100.000/Rp 25.000 = 4 unit produk
Sumber :
Yulianti, Handaru, Sri dan Tamjuddin. (2022). Studi Kelayakan Bisnis.
Jakarta : Universitas Terbuka